Kamis, 31 Juli 2025

MATERI 09 - TAUHID RUBUBIYYAH SAJA TIDAK CUKUP Bag.1

 MATERI 09 - TAUHID RUBUBIYYAH SAJA TIDAK CUKUP Bag.1

📆 Kamis, 28 Shafar 1445 H/ 14 September 2023 M

👤 Ustadz Muhammad Wasitho, Lc., M.A.

📗 Aqidah - Modul 01

•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•

بسم الله الرحمن الرحيم 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

الحمد لله رب العالمين الذي أنزل شريعة الإسلام هُدًى لِلنَّاسِ ورحمة للعالمين، أما بعد :   

Ma'asyiral Ikhwatiy wal Akhawat, kaum muslimin dan muslimat, yang semoga dirahmati dan diberkahi Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Pada pertemuan kali ini kita akan menjelaskan tentang satu pembahasan bahwasanya beriman kepada Tauhid Rububiyyah (تَوْحِيْدُ الرُّبُوْبِيَّةِ) tidak cukup untuk menyelamatkan seorang hamba dari adzab Allāh. 

Beriman hanya kepada Tauhid Rububiyyah (تَوْحِيْدُ الرُّبُوْبِيَّةِ) saja tidak lah dapat menyelamatkan seorang hamba dari adzab Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Tauhid Rububiyyah (تَوْحِيْدُ الرُّبُوْبِيَّةِ) adalah salah satu macam di antara macam-macam Tauhid yang tiga, sebagaimana penjelasan para ulama yaitu (bahwa) dalam Islam Tauhid ada tiga macam; 

⑴ Tauhid Ar-Rububiyyah (تَوْحِيْدُ الرُّبُوْبِيَّةِ)

⑵ Tauhid Al-Uluhiyyah (توحيدُ الأُلوهيَّةِ)

⑶ Tauhid Al-Asma wash-Shifat (تَوْحِيْدُ الأَسْمَاءِ وَالصِّفَات)

Beriman kepada Tauhid Rububiyyah (تَوْحِيْدُ الرُّبُوْبِيَّةِ) merupakan salah satu kewajiban di antara kewajiban-kewajiban setiap hamba, karena iman seorang hamba tidaklah sah dan tauhidnya tidak terwujud kecuali apabila ia telah mentauhidkan Allah di dalam Rububiyyah-Nya.

Keimanan seorang hamba tidaklah sah dan tauhidnya tidak mungkin terwujud kecuali jika ia telah mengesakan Allah mentauhidkan Allah di dalam Rububiyyah Allah, hanya saja Tauhid Rububiyyah ini bukanlah tujuan utama diutusnya para nabi dan rasul alayhimus shalatu wa sallam.

Sekali lagi!

Bahwasanya Tauhid Rububiyyah bukan tujuan utama dari diutusnya para nabi dan rasul alayhum shalatu wa sallam dan beriman kepada Tauhid Rububiyyah saja tidak cukup bagi seorang hamba untuk menyelamatkannya dari adzab Allāh Subhanahu wa Ta'āla sampai ia beriman kepada Tauhid Uluhiyyah. 

Di dalam Al-Qur'anul Karim, Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman menjelaskan orang-orang yang hanya beriman kepada Tauhid Rububiyyah. 

Allāh Ta'āla berfirman,

وَمَا يُؤۡمِنُ أَكۡثَرُهُم بِٱللَّهِ إِلَّا وَهُم مُّشۡرِكُونَ 

"Dan kebanyakan manusia tidak beriman kepada Allāh kecuali mereka dalam keadaan berbuat syirik." (QS. Yūsuf: 106).

Maksudnya apa? Bahwa kebanyakan mereka tidaklah beriman  kepada Allāh sebagai Rabb-Nya sebagai penciptanya dan sebagai pemberi rezeki dan pengaturan alam semesta melainkan diiringi dengan perbuatan syirik kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Sebetulnya mereka percaya bahwa Allāh yang menciptakan mereka, Allāh yang memberikan rezeki kepada mereka, Allāh yang mengatur alam semesta, tetapi mereka berbuat syirik kepada Allāh menyekutukan Allāh dengan makhluknya di dalam beribadah kepadanya.

Mereka menyekutukan Allāh dengan tuhan-tuhan mereka, baik berupa berhala, patung-patung yang tidak dapat mendatangkan manfaat atau mencegah mudharat, yang tidak dapat memberi maupun mencegah. Inilah penyebab mereka tidak dinyatakan oleh Allāh sebagai hamba yang beriman. 

Firman Allāh yang berbunyi,

وَمَا يُؤۡمِنُ أَكۡثَرُهُم بِٱللَّهِ إِلَّا وَهُم مُّشۡرِكُونَ 

"Kebanyakan mereka tidak beriman kepada Allāh melainkan dalam keadaan berbuat syirik."

Berkaitan dengan ayat tersebut, sebagian ulama tafsir dari kalangan sahabat Nabi dan ulama tabi'in telah menjelaskan maksud dan makna dari ayat tersebut. Di antaranya adalah apa yang telah dijelaskan oleh Abdullāh bin Abbas radhiyallāhu 'anhuma dan masuk dari keimanan mereka (orang-orang musyrik) yaitu apabila dikatakan kepada mereka, siapakah yang telah menciptakan langit, siapa dzat yang telah menciptakan bumi, siapakah yang telah menciptakan gunung-gunung?

Maka mereka orang-orang musyrik akan menjawab, Allah!  Hanya Allah yang menciptakan makhluk-makhluk tersebut, namun mereka senantiasa berbuat syirik kepada Allah Subhānahu wa Ta'ala dalam beribadah kepada-Nya.

Berkata Ikrimah (ulama dari kalangan tabi'in) ketika menjelaskan makna dari firman Allah, 

وَمَا يُؤۡمِنُ أَكۡثَرُهُم بِٱللَّهِ إِلَّا وَهُم مُّشۡرِكُونَ

"Kebanyakan mereka tidak beriman kepada Allah melainkan dalam keadaan berbuat syirik."

Ikrimah berkata, 

تسألهم من خلقهم ومن خلـق السماوات والأرض فيقولون الله فذلك إيمانهم بالله، وهم يعبدون غيره 

Engkau bertanya kepada mereka, siapa yang menciptakan mereka, siapakah yang menciptakan langit dan bumi? Maka mereka akan menjawab Allah. Maka itulah yang dimaksud dengan keimanan mereka kepada Allāh. 

Maksudnya mereka hanya beriman kepada Rububiyyah Allāh saja, namun mereka tetap menyembah dan beribadah kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla.  

Maka Allāh mengatakan, 

وَمَا يُؤۡمِنُ أَكۡثَرُهُم بِٱللَّهِ إِلَّا وَهُم مُّشۡرِكُونَ

"Kebanyakan mereka tidak beriman kepada Allāh kecuali dalam keadaan berbuat syirik (menyekutukan Allāh dengan makhluknya)."

Dan ulama tabi'in yang lain yang bernama Mujahid, menjelaskan makna ayat tersebut yaitu firman Allāh dalam surat Yusuf ayat 106.

Beliau mengatakan,

إيمانهم قولهم: الله خالقنا ويرزقنا ويميتنا فهذا إيمان مع شـرك عبادتهم غيره 

"Keimanan mereka dalam Tauhid Rububiyyah adalah ucapan mereka Allah yang menciptakan kami, Allāh yang memberikan rezeki kepada kami dan Allāh yang mematikan kami."

Maka ini bentuk keimanan mereka kepada Tauhid Rububiyyah Allah, namun mereka berbuat syirik kepada Allāh dalam beribadah kepada-Nya.

Nash-nash atau dalil-dalil dari generasi As-Salafush Shalih yang menjelaskan tentang makna ayat tersebut sangat banyak, bahkan orang-orang musyrik di zaman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dahulu, mereka senantiasa percaya dan beriman kepada Allah sebagai Rabb (Tuhan) mereka, sebagai sang pencipta dan pemberi rezeki kepada mereka dan orang-orang musyrikin Quraisy beriman bahwa Allah yang mengatur alam semesta.

Hanya saja mereka berbuat syirik kepada Allah dalam hal ibadah (beribadah kepada-Nya) di mana mereka telah menjadikan tuhan-tuhan tandingan dan sekutu bagi Allāh, mereka berdoa kepada tuhan-tuhan tandingan tersebut, beristighatsah, memohon pertolongan kepada mereka (kepada patung, berhala, kuburan, pohon-pohon yang dikeramatkan) dan mereka mengajukan permohonan-permohonan (hajat-hajat) mereka kepada berhala-berhala dan tuhan-tuhan sekutu bagi Allah tersebut.

Demikian pelajaran kita pada pertemuan kali ini.

وسبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•

Tidak ada komentar:

Posting Komentar