°°BAHAYA PENYAKIT SYAHWAT DAN SYUBHAT°°
KHUTBAH PERTAMA
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
Ummatal Islam
Ada dua penyakit yang, apabila seseorang memilikinya, ia pasti akan tersesat. Hal ini tidak memandang apakah ia seorang ulama, penghafal Al-Qur’an, orang shalih, ahli ibadah, atau yang lainnya. Dua penyakit itu adalah:
Penyakit syahwat, yaitu cinta dunia, sehingga di hatinya yang terbesar adalah keinginan terhadap dunia dan syahwatnya.
Penyakit syubhat, yaitu pemikiran-pemikiran yang sesat.
Allah telah menyebutkan dua penyakit ini dalam firman-Nya:
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ ﴿١٧٥﴾ وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ ۚ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث…
“Dan bacakanlah kepada mereka berita tentang orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami, kemudian dia lepas dari ayat-ayat itu, lalu setan mengikutinya sehingga dia termasuk orang-orang yang sesat jalan. Kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami akan angkat derajatnya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti hawa nafsunya…” (QS. Al-A’raf [7]: 175-176)
Subhanallah. Dalam ayat ini, Allah menceritakan kisah seorang yang bernama Bal’am, yang hidup di zaman Nabi Musa. Dia telah diajarkan Taurat bahkan diajarkan nama Allah yang paling besar. Meskipun sangat berilmu, hatinya dipenuhi dengan dua penyakit yang menghancurkan. Allah menyebutkan penyakitnya:
“Akan tetapi dia lebih condong kepada dunia dan mengikuti hawa nafsunya.”(QS. Al-A’raf [7]: 176)
Inilah penyakit yang menyebabkan siapapu dia -bahkan seorang ulama- akan tersesat jalan. Karena penyakit cinta dunia ini menyebabkan seseorang tidak lagi peduli dengan batasan-batasan Allah. Orang yang menginginkan dunia sering kali tidak peduli dengan halal dan haram. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ما ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ
“Tidaklah dua ekor serigala lapar yang dilepaskan pada sekelompok kambing lebih berbahaya daripada orang yang tamak dan rakus terhadap harta dan kedudukan bagi agamanya.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Ambisi terhadap dunia dan kedudukan sangat merusak agama seseorang.
Peringatan tentang Dunia
Siapa pun yang ingin selamat, yang ingin ilmunya bermanfaat, dan hidupnya terbimbing di dunia hingga meraih surga Allah, hendaknya memahami bahwa dunia ini terlaknat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا
“Dunia itu terlaknat, terlaknat pula semua yang ada di dalamnya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Al-Hafizh Ibnu Rajab dalam kitab Jami’ul ‘Ulum wal Hikam menjelaskan bahwa maksudnya adalah dunia itu menjauhkan dan menyibukkan manusia dari mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Oleh karena itu, sadarilah, wahai kaum Muslimin, bahwa dunia kerap kali membuat kita lalai terhadap kehidupan akhirat. Kita hidup di dunia bukan untuk terus mengejar dunia, melainkan untuk merealisasikan ibadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Benar, kita butuh dunia. Tapi dunia hanyalah sarana, bukan tujuan. Ia adalah alat agar kita dapat mencapai sesuatu yang lebih besar daripada nikmat dunia, yaitu nikmat surga yang abadi.
Maka siapa pun di antara kita yang ingin selamat, jagalah hati dari dua penyakit besar yang sangat merusak dan membinasakan:
Cinta dunia, yaitu menjadikan dunia sebagai tujuan utama.
Lalai terhadap akhirat, sehingga agama dijadikan bahan senda gurau.
Lihatlah bagaimana Allah menggambarkan orang-orang kafir yang masuk ke dalam neraka. Allah berfirman:
الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا…
“(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama Allah sebagai permainan dan senda gurau, dan tertipu dengan kehidupan dunia…” (QS. Al-A’raf[7]: 51)
Mereka tertipu dengan kehidupan dunia hingga menganggap seolah-olah tidak ada lagi kehidupan setelah kematian dan hari pembalasan. Padahal, setiap perbuatan manusia pasti akan dibalas.
Dunia sebagai Ladang Akhirat
Seorang mukmin menyadari dengan penuh kesadaran, bahwa ia hidup di dunia ini tak akan lama. Semua jiwa pasti akan merasakan kematian, maka ia menjadikan dunia ini sebagai mazra’atul akhirah, yaitu ladang untuk mempersiapkan hasil yang akan dipetik di akhirat kelak.
أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم
KHUTBAH KEDUA
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ
Ummatal Islam
Wahai kaum Muslimin, termasuk di antara rahmat Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah Dia menjadikan dunia ini penuh dengan ujian. Al-Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata:
“Di antara rahmat Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah Allah jadikan dunia ini penuh dengan ujian dan kesusahan. Hal ini adalah agar manusia tidak betah di dunia dan menginginkan kenikmatan abadi di akhirat.”
Oleh karena itu, wahai kaum Muslimin, banyak kaum mukminin yang diberikan ujian demi ujian agar mereka berpaling dari dunia. Jika Anda sedang menghadapi ujian, pujilah Allah. Hal ini menunjukkan bahwa Allah masih menginginkan kebaikan bagi Anda.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا
“Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka Dia akan percepat hukuman baginya di dunia.” (HR. Tirmidzi)
Dalam riwayat lain, disebutkan: “Allah akan berikan musibah dalam kehidupan dunianya.”
Maka, pujilah Allah Subhanahu wa Ta’ala saat menghadapi ujian seperti sakit atau kesulitan lainnya. Itu adalah tanda bahwa Allah mengingatkan kita akan hakikat dunia sebagai kesenangan yang menipu. Allah ingin menggugurkan dosa-dosa dan mengangkat derajat kita di sisi-Nya.
Namun, bagi Anda yang diberikan kesenangan, berhati-hatilah. Demi Allah, kesenangan yang melalaikan lebih buruk daripada kesusahan yang mendekatkan seseorang kepada Allah. Lebih baik seseorang mengalami kesusahan yang membuatnya kembali kepada Allah dan dekat dengan-Nya, daripada diberikan kesenangan yang menjadikannya lalai, sombong, dan lupa akan kehidupan akhirat. Na’udzubillah, nas’alullah as-salamah wal ‘afiyah.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الحَاجَات
اللهم تقبل أعمالنا يا رب العالمين، اللهم وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم، اللهم اصلح ولاة أمورنا يا رب العالمين، واجعلنا من التوابين واجعلنا من المتطهرين
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
عباد الله:
إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر.
Referensi inti tulisan diambil dari tulisan
Al-Ust. Abu Yahya Badrusalam Lc Hafidzahullahu ta'ala
https://www.radiorodja.com/54732-khutbah-jumat-bahaya-penyakit-syahwat-dan-syubhat/
=====================================================================
TAWASUL YANG DISYARIATKAN 🍃
https://www.facebook.com/share/p/19ardWwPm1/
Jika yang dimaksud bahwa tawasul disini adalah berdoa kepada Allah agar segera dikabulkan hajatnya dengan menggunakan wasilah (perantaraan), maka ketika ini masuk dalam bab berdoa, harus diketahui berdoa itu adalah sebuah ibadah, sehingga berlaku kaedah : "Ibadah dibangun di atas Tauqifiyyah", artinya haruslah berdoa menggunakan perantaraan atau tawasul yang kita bahas ini, mesti berlandaskan dalil dari Al-Qur'an maupun hadis.
Syeikh bin Baz rahimahullah ketika membantah tawasul yang diharamkan, beliau menyebutkan kaedah
لأن الوسائل في الدعاء توقيفية
"Perantara (tawasul) dalam berdoa itu adalah Tauqifiyyah."
Oleh sebab itu, kita perlu mengetahui apa saja tawasul yang diizinkan oleh Syariat untuk kita gunakan dalam berdo'a agar doa kita bernilai ibadah disisi Allah Ta'âlâ. Para ulama peneliti, diantaranya syeikh Al-Albani telah menyebutkan untuk kita apa saja yang dapat digunakan untuk bertawasul. Dalam kitabnya "at-Tawasul Anwa'uhu wa ahkâmuhu" (hal. 42) :
أن التوسل المشروع الذي دلت عليه نصوص الكتاب والسنة، وجرى عليه عمل السلف الصالح، وأجمع عليه المسلمون وهو:
١- التوسل باسم من أسماء الله تبارك وتعالى أو صفة من صفاته.
٢- التوسل بعمل صالح قام به الداعي.
٣- التوسل بدعاء رجل صالح.
وأما ما عدا هذه الأنواع من التوسلات ففيه خلاف، والذي نعتقده وندين الله تعالى به أنه غير جائز، ولا مشروع، لأنه لم يرد فيه دليل، تقوم به الحجة
"Tawasul yang disyariatkan yang ditunjukkan oleh Al-Qur`an dan Hadis serta yang diamalkan oleh Salafus Shalih dan disepakati oleh kaum Muslimin adalah :
1. Bertawasul dengan Nama dan Sifat Allah.
2. Bertawasul dengan amal Shalih yang telah dilakukan oleh orang yang berdoa.
3. Bertawasul dengan do'anya orang yang Shalih (yang masih hidup).
Adapun bertawasul dengan selain 3 hal diatas, maka ada perbedaan pandangan para ulama padanya dan yang kami berkeyakinan dan kami beragama kepada Allah dengannya adalah TIDAK BOLEH DAN TIDAK DISYARIATKAN, karena TIDAK ADA DALIL yang dapat dijadikan HUJJAH."
Berikut akan kami sebutkan secara ringkas dan sebagai contoh saja dalil-dalil atas disyariatkannya 3 jenis tawasul diatas :
1. Tawasul dengan Nama dan Sifat Allah.
Allah Ta'âlâ berfirman :
وَلِلَّهِ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
"Allah mempunyai asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu." (Al-A'raf : 180).
Contoh berdoa dengan tawasul jenis ini :
يَقُولُ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
"YA MUQALLIBAL QULUUB TSABBIT QALBI 'ALA DIINIK (Wahai yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)."
(HR. Ahmad no. 25310).
2. Bertawasul dengan amal shalihnya
Dalilnya adalah FirmanNya :
رَبَّنا إِنَّنا سَمِعْنا مُنادِياً يُنادِي لِلْإِيمانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنا فَاغْفِرْ لَنا ذُنُوبَنا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئاتِنا وَتَوَفَّنا مَعَ الْأَبْرارِ
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): 'Berimanlah kalian kepada Tuhan kalian,' maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbuat bakti." (Ali Imran : 193).
Contoh bertawasul dengan hal ini adalah kisah yang masyhur mengenai 3 orang yang terjebak dalam gua dalam riwayat Shahihain.
3. Bertawasul dengan do'anya orang yang Shalih yang masih hidup.
Dalil dan contoh praktek dalam hal ini adalah kisah anak-anak Nabi Ya'qûb alaihis salâm yang diabadikan dalam surat Yusuf ayat 97-98 :
قَالُوا يَا أَبَانَا اسْتَغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا إِنَّا كُنَّا خَاطِئِينَ (97) قَالَ سَوْفَ أَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّي إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (98) }
"Mereka berkata, "Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa).” Ya’qub berkata, "Kelak aku akan memohonkan ampun bagi kalian kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Demikian pembahasan mengenai penggunaan tawasul dalam berdoa kepada Allah dengan sesuatu yang disyariatkanNya, adapun bertawasul dengan selain 3 jenis di atas, maka hukumnya adalah HARAM.
=====================================================================
🕌 𝐊𝐇𝐔𝐓𝐁𝐀𝐇 𝐉𝐔𝐌𝐀𝐓 🕌°°
°°𝐁𝐔𝐋𝐀𝐍 𝐒𝐘𝐀'𝐁𝐀𝐍 𝐁𝐀𝐆𝐀𝐈𝐊𝐀𝐍 𝐌𝐔𝐊𝐀𝐃𝐃𝐈𝐌𝐀𝐇 𝐑𝐀𝐌𝐀𝐃𝐇𝐀𝐍°°
𝐊𝐇𝐔𝐓𝐁𝐀𝐇 𝐏𝐄𝐑𝐓𝐀𝐌𝐀
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
Ikhwatal Iman, Sidang Jum’at Rahimakumullah,
Bulan Ramadhan tinggal beberapa hari yang terhitung, sekitar sebulan lagi kita akan menghadapi bulan yang mulia tersebut. Ia adalah bulan yang sangat berkah, bulan tempat orang-orang yang menginginkan akhirat berlomba-lomba, bulan itu sangat dianjurkan banyak beribadah kepada Allaah Subhaanahu wa Ta’aala.
Di bulan itu Allaah mudahkan orang-orang yang menginginkan surga untuk beramal shalih. Karena di bulan itu pintu-pintu surga dibuka, demikian pula pintu-pintu neraka ditutup. Maka sungguh merugi mereka yang melewati Bulan Ramadhan dengan perkara yang sia-sia, lalu kemudian keluar dari Bulan Ramadhan tidak mendapatkan ampunan Allah Ta’ala.
Rasuulullaah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam mendoakan keburukan bagi mereka yang keluar dari bulan Ramadhan dalam keadaan ia tidak mendapat ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
🕋 Rasuulullaah bersabda:
رَغِمَ أَنْفُ امْرِئٍ دَخَلَ عَلَيْهِ شَهْرُ رَمَضَانَ ثُمَّ خَرَجَ وَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ
“Semoga terhina orang yang masuk bulan Ramadhan, lalu ia keluar dalam keadaan tidak mendapatkan ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (📖HR. Al-Bazzar, Ahmad, Ibnu Khuzaimah)
Karena untuk mendapatkan ampunan di bulan itu sangatlah mudah, saudaraku. Puasa yang kita lakukan saat itu sudah cukup menggugurkan dosa-dosa, shalat tarawih itu pun juga menggugurkan dosa-dosa. Maka amalan pada waktu itu dilipatgandakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala pahalanya.
Maka tidak mungkin kita bisa melaksanakan puasa Ramadhan dengan baik apabila kita tidak memiliki kebiasaan tersebut. Kebiasaan untuk berbuat baik itu harus kita mulai dari sekarang. Karena untuk memulai sesuatu yang kita tidak biasa melakukannya amatlah sulit.
Oleh karena itulah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Demikian pula Salafush Shalih, bahkan mereka di bulan Sya’ban memperbanyak membaca Al-Qur’an.
🕌 Al-Hafidz Ibnu Rajab mengatakan bahwa bulan Sya’ban itu bagaikan muqaddimah untuk bulan Ramadhan. Maka disyariatkan di bulan Sya’ban seperti yang disyariatkan di bulan Ramadhan.
Maka siapa yang tidak memiliki kebiasaan, akan sulit untuk bisa menggunakan Ramadhan dengan sebaik-baiknya.
Saudaraku.. Untuk kita beribadah kepada Allah memerlukan kebeningan hati dan kebersihan hati kita. Apabila hati kita masih dikotori oleh syahwat, masih dikotori oleh hawa nafsu, ketika kita puasa pun seringkali puasa kita diselingi dengan hal-hal yang bisa menghilangkan pahala puasa kita.
🕋 Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ
“Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali menahan lapar dan dahaga semata.” (📖HR. Ahmad)
Subhanallah.. Percuma, sia-sia puasa kita hanya karena kita kemudian tidak membersihkan hati kita, tidak berusaha untuk meninggalkan hal-hal yang bisa menghilangkan pahala puasa kita.
🕋 Rasuluullaah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Siapa yang tidak meninggalkan berkata dusta dan terus-menerus dia melakukannya, Allah tidak membutuhkan puasanya.” (Terj. 📖HR. Bukhari)
Subhanallah..
Oleh karena itulah, saudaraku.. Di hari ini, di bulan ini, mari kita mulai membiasakan kebaikan itu. Membiasakan dengan puasa sunnah, membiasakan dengan membaca Al-Qur’anul Karim dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk kita. Di antara kita terkadang ada yang waktunya habis dengan main game dan yang lainnya, ada yang habis dengan tiktok, ada yang habis dengan berbagai macam media sosial.
Maka di bulan ini mari kita kurangi sedikit demi sedikit, kita lebih banyak sekarang untuk membaca kalam-kalam Allah. Mari kita kurangi sedikit demi sedikit sampai di bulan Ramadhan tidak lagi kita lakukan dan untuk selanjutnya kita tidak disibukkan dengan hal-hal yang sia-sia.
🕋 Karena yang Allah inginkan dari puasa Ramadhan:
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Agar kamu bertakwa.” (Terj. 📖QS. Al-Baqarah[2]: 183)
Kita tidak ingin ketika kita telah selesai Ramadhan ternyata kita tidak meraih predikat takwa. Nas’alullah as salamah wal ‘afiah.
أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم
𝐊𝐇𝐔𝐓𝐁𝐀𝐇 𝐊𝐄𝐃𝐔𝐀
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ
Ummatal Islam
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ketika menghadapi musim-musim ketaatan, ia akan gembira. Karena sesungguhnya bulan Ramadhan adalah musim ketaatan. Di sana Allah perintahkan kita untuk berpuasa, di sana kita dianjurkan untuk qiyamul lail (shalat tarawih), di sana kita diperintahkan untuk banyak bersedekah, di sana kita diperintahkan untuk meninggalkan perkara yang sia-sia.
🕋 Rasuulullaah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ
“Bukanlah hakikat puasa itu menahan dari makan dan minum saja. Akan tetapi hakikat puasa meninggalkan perkara yang sia-sia dan ucapan yang tidak baik.” (Terj. 📖HR. Ibnu Khuzaimah)
Orang beriman yang menginginkan akhirat, dengan datangnya Ramadhan hatinya gembira. Sebagaimana Salafush Shalih ketika datang Ramadhan, mereka menyambut dengan gembira, mereka saling memberikan selamat kepada satu sama lainnya. Sementara kita, karena hati kita dipenuhi syahwat, dipenuhi dengan kehidupan dunia dan cinta dunia, dengan datangnya bulan Ramadhan barangkali di antara kita ada yang dahinya mengkerut, hatinya merasa berat. Karena ia tidak biasa dengan ketaatan kepada Allaah Subhaanahu wa Ta’aala. Na’udzubillaah.. Kita berlindung kepada Allah dari yang demikian itu.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللهُمَّ اجْعَلنَا مِن التَّوَّابِين
اللهُمَّ اجْعَلنَا مِن المتَّقِين
اللهُمَّ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوابُ الرَّحِيم
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
عباد الله:
إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ﴿٩٠﴾
فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر.
`Referensi inti tulisan diambil dari Tulisan
Al-Ust. Abu Yahya Badrussalam Lc Hafidzahullah
https://www.radiorodja.com/49973-khutbah-jumat-bulan-syaban-bagaikan-mukaddimah-ramadhan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar