Kamis, 31 Juli 2025

MATERI 10 : TAUHID RUBUBIYYAH SAJA TIDAK CUKUP Bag.2

 MATERI 10 : TAUHID RUBUBIYYAH SAJA TIDAK CUKUP Bag.2

📆 Jum'at, 29 Shafar 1445 H/ 15 September 2023 M

👤 Ustadz Muhammad Wasitho, Lc., M.A.

📗 Aqidah - Modul 01

🌐 https://madeenah.bimbinganislam.com/

•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•

بسم الله الرحمن الرحيم 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

الحمد لله رب العالمين الذي أنزل شريعة الإسلام هُدًى لِلنَّاسِ ورحمة للعالمين، أما بعد :  

Al-Qur'anul Karim dalam banyak tempat telah menetapkan dan menunjukkan bahwasanya orang-orang musyrikin Quraisy di zaman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam telah beriman terhadap tauhid rububiyyah Allāh, namun mereka berbuat syirik kepada Allāh dalam beribadah kepada-Nya.

Jadi, dalam masalah Tauhid Rububiyyah orang-orang musyrikin Quraisy mereka beriman, namun dalam hal ibadah mereka berbuat syirik.

Di antara dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'āla di dalam surat Al-Ankabut ayat 61.

Allāh Ta'ala berfirman:

وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ وَسَخَّرَ ٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُۖ فَأَنَّىٰ يُؤۡفَكُونَ 

"Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: Siapakah yang menjadikan langit dan bumi serta menundukkan matahari dan bulan? Tentu mereka akan menjawab: Allāh. Maka betapa kah mereka dapat dipalingkan dari jalan Allāh yang benar?"

Dalil yang kedua, firman Allāh subhānahu wa ta'āla dalam surat Al-Ankabūt ayat 63.

Allāh ta'āla berfirman:

وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّن نَّزَّلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَأَحۡيَا بِهِ ٱلۡأَرۡضَ مِنۢ بَعۡدِ مَوۡتِهَا لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُۚ قُلِ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِۚ بَلۡ أَكۡثَرُهُمۡ لَا يَعۡقِلُونَ 

"Dan jika engkau bertanya kepada mereka (orang-orang musyrik): Siapakah yang menurunkan dari langit air (air hujan, maksudnya) lalu dengan air hujan  tersebut, Dia (Allāh) menghidupkan bumi sesudah bumi itu mati (tandus)? Niscaya mereka menjawab: Allāh (Yang menurunkan air hujan dan menjadikan tanah yang tandus menjadi hidup dan subur). Katakan (wahai Muhammad), 'Alhamdulillāh (segala puji hanya milik Allāh) tetapi kebanyakan mereka tidak berakal'."

Kemudian dalil lain yang menunjukkan bahwa orang-orang musyrikin Quraisy (mereka) beriman kepada Allāh dalam Tauhid Rububiyyah saja tetapi mereka berbuat syirik kepada Allāh dalam perkara ibadah.

وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَهُمۡ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُۖ فَأَنَّىٰ يُؤۡفَكُونَ 

"Jika engkau bertanya kepada mereka: Siapakah yang telah menciptakan mereka? Niscaya mereka akan menjawab: Allāh. Maka betapa mereka dapat dipalingkan dari jalan yang lurus (benar)." (QS. Az-Zukhruf: 87). 

Kemudian di dalam ayat lain (QS. Al-Mu'minūn: 84-88).

Allāh juga berfirman:

قُل لِّمَنِ ٱلۡأَرۡضُ وَمَن فِيهَآ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ۞ سَيَقُولُونَ لِلَّهِۚ قُلۡ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ۞ قُلۡ مَن رَّبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ ٱلسَّبۡعِ وَرَبُّ ٱلۡعَرۡشِ ٱلۡعَظِيمِ ۞ سَيَقُولُونَ لِلَّهِۚ قُلۡ أَفَلَا تَتَّقُونَ ۞ قُلۡ مَنۢ بِيَدِهِۦ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيۡءٖ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيۡهِ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ۞ 

Orang-orang musyrikin Quraisy di zaman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, mereka tidak mempunyai keyakinan bahwa patung atau berhala-berhala yang mereka beristighatsah kepadanya mampu memberikan rezeki kepada makhluk yang ada di dalam alam semesta ini. 

Mereka juga meyakini bahwa patung-patung atau tuhan-tuhan yang mereka sembah mampu mengatur alam semesta, ini jauh dari keyakinan mereka. Justru mereka meyakini bahwa Allāh satu-satunya dzat yang mampu mengatur alam semesta, hanya Allāh yang mampu menurunkan hujan, hanya Allāh yang mampu memberikan rezeki, hanya Allāh yang mampu menghidupkan dan mematikan. 

Sedangkan tuhan-tuhan yang mereka sembah, berhala-berhala yang mereka agungkan atau mereka tuhankan, yang mana mereka berdoa kepadanya, itu hanyalah makhluk yang tidak memiliki kemampuan mendatangkan manfaat untuk dirinya, maupun untuk orang-orang yang menyembahnya. Tidak bisa mendatangkan manfaat atau mencegah mudharat dengan sendirinya tidak pula mampu menghidupkan atau mematikan atau membangkitkan dari alam kubur.

Patung-patung yang mereka sembah yang mereka yakini tidak mampu mendengar dan tidak mampu melihat, mereka juga meyakini bahwa hanya Allāh Dzat Yang Maha Esa dalam hal-hal tersebut, di dalam rububiyyah-Nya tidak ada tuhan sekutu baginya. Namun mereka senantiasa berbuat syirik kepada Allāh dalam masalah ibadah. 

Makanya di dalam Al-Qur'an, Allāh subhānahu wa ta'āla menjelaskan tentang kemusyrikan mereka, mereka meyakini bahwa tuhan-tuhan yang mereka sembah, tuhan-tuhan yang mereka mintai pertolongan dan perlindungan, hanyalah perantara-perantara mereka dengan Allāh. 

Dan mereka juga berharap tuhan-tuhan yang mereka sembah mampu memberikan syafa'at untuk mereka di sisi Allāh pada hari kiamat.

Allāh berfirman dalam Al-Qur'an, 

وَٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُواْ مِن دُونِهِۦٓ أَوۡلِيَآءَ مَا نَعۡبُدُهُمۡ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَآ إِلَى ٱللَّهِ زُلۡفَىٰٓ 

"Orang-orang yang menjadikan selain Allāh pemimpin atau wali atau pelindung, maka kami tidaklah beribadah kepada mereka, (kami tidaklah menyembah kepada mereka) melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allāh subhānahu wa ta'āla." (QS. Az-Zummar: 3).

Tujuannya supaya mereka mampu mendekatkan kami kepada Allāh subhānahu wa ta'āla semata dan memberikan syafa'at untuk mereka di sisi Allāh dalam melindungi mereka atau menolong mereka, dalam memberikan rezeki untuk mereka, serta apa saja yang menjadi kepentingan dunia mereka.

Dengan adanya keimanan mereka (orang-orang musyrikin Quraisy) terhadap tauhid rububiyyah Allāh namun hal itu tidak cukup untuk memasukan mereka ke dalam agama Islam. 

Keyakinan orang-orang musyrikin Quraisy dan keimanan mereka terhadap Tauhid Rububiyyah tidak cukup untuk memasukan mereka ke dalam agama Islam bahkan Allāh telah menghukumi mereka dalam Al-Qur'an bahwasanya mereka adalah orang-orang kafir. Orang-orang yang telah Allāh ancam masuk ke dalam neraka secara kekal abadi. 

Dan Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam telah menghalalkan darah, harta benda mereka, karena mereka tidak mewujudkan konsekuensi dari Tauhid Rububiyyah, yaitu beriman kepada Allāh dan mentauhidkan Allāh di dalam ibadah dalam Tauhid Uluhiyyah. 

Dengan demikian jelas bagi kita semua, bahwasanya beriman hanya kepada Tauhid Rububiyyah saja tanpa beriman kepada Tauhid Uluhiyyah (tauhid ibadah) tidak cukup untuk menjadikan seorang hamba sebagai seorang muslim apalagi menjadi orang mukmin.

Dan tidak cukup untuk menyelamatkan seorang hamba dari adzab Allāh subhānahu wa ta'āla, bahkan hal itu menjadi hujjah yang sangat kokoh dan kuat bagi manusia, bahwasanya beriman kepada Tauhid Rububiyyah mengharuskan seorang hamba beriman kepada Tauhid Uluhiyyah, mengharuskan seorang hamba memberikan ibadah hanya untuk Allāh subhānahu wa ta'āla. 

Demikian penjelasan kita tentang pembahasan bahwasanya Tauhid Rububiyyah atau beriman kepada Tauhid Rububiyyah tidaklah cukup dan tidak dapat menyelamatkan dari adzab Allāh kecuali jika dia mendatangkan Tauhid Uluhiyyah. 

Demikian pelajaran kita pada pertemuan kali ini, 

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•

     ============================================================

MATERI      : DEFINISI TAUHID ASMA' WASSIFAT

📆 Jum'at, 22 Shafar 1445 H/08 September, 2023 M

👤 Ustadz Muhammad Wasitho, Lc., M.A.

📗 Aqidah - Modul 01

🌐 https://madeenah.bimbinganislam.com/

•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•


MADEENAH...

Belajar Islam dasar, dengan pemahaman yang benar

بسم الله الرحمن الرحيم 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

الحمد لله رب العالمين الذي أنزل شريعة الإسلام هُدًى لِلنَّاسِ ورحمة للعالمين، أما بعد :

Ikhwan wa Akhawatiy fīllāh, kaum muslimin yang semoga dirahmati dan diberkahi Allāh subhānahu wa ta'āla. 

Adapun pembahasan kita pada pertemuan kali ini yaitu tentang macam tauhid yang ketiga yaitu 'tauhid asma' was sifat' (تَوْحِيْدُ الأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ).

Apa yang dimaksud dengan 'tauhid asma' was sifat' (تَوْحِيْدُ الأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ)? 

Tauhid asma' was sifat' (تَوْحِيْدُ الأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ) kata para ulama penulis kitab Ushulul Iman fi Dhouil Kitabi was Sunnah yaitu: 

إفراد الله تعالى بما سمـى ووصف به نفسه في كتابه وعلى لسان نبيه صلى الله عليه وسلم وتنـزيهه عـن النواقص والعيوب ومماثلة الخلق فيما هو من خصائصه والإقرار بأنَّ الله بكلِّ شـيء عليم، وعلى كلِّ شيء قدير، وأنَّه الحـيُّ القيُّوم الذي لا تأخذه سِنة  ولا نوم، له املشـيئة النافذة واحلكمة البالغة، وأنه سـميع بصري, رؤوف رحيم، على العرش اسـتوى، وعلى الملك احتوى,أنه اَلْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلٰمُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيْزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُۗ سُبْحٰنَ اللّٰهِ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ,  إلى غري ذلك من األسماء الحسنى، والصفات العلى.   

Pengertian atau definisi 'tauhid asma' wa sifat' (تَوْحِيْدُ الأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ) yaitu kita meyakini, mengesakan Allāh dengan nama-nama dan sifat-sifat yang telah Dia tetapkan untuk dirinya di dalam kitab-Nya (Al-Qur'an).

Kita ulang sekali lagi! 

'Tauhid asma' wa sifat' (تَوْحِيْدُ الأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ) adalah mengesakan Allāh Ta'āla dengan nama-nama dan sifat-sifat  yang telah Dia tetapkan bagi diri-Nya di dalam kitab-Nya (al-Qur'anul Karim) atau yang telah ditetapkan oleh Nabi-Nya (shallallāhu 'alaihi wa sallam) di dalam hadits-hadits yang sahih, serta kita menyucikan Allāh dari segala kekurangan dan aib (cacat atau ketidak sempurnaan) serta dari menyamai makhluk dalam perkara-perkara yang merupakan kekhususan-kekhususan bagi Allāh. 

 Serta kita meyakini dan mengikrarkan bahwa Allāh Maha Mengetahui segala sesuatu dan Maha mampu atas segala sesuatu. Allāh Maha Hidup yang berdiri sendiri tanpa membutuhkan makhluk,  Allāh tidak mengalami ngantuk maupun tidur. Allāh Maha Mendengar, Allāh Maha Melihat, Allāh beristiwa' di atas Arsy-Nya dan seterusnya.

Inilah yang dimaksud dengan tauhid asma' wa sifat. Nama-nama dan sifat-sifat yang telah Allāh tetapkan bagi diri-Nya di dalam al-Qur'an maka kita wajib menetapkan nama-nama tersebut untuk Allāh, demikian pula nama-nama dan sifat-sifat yang telah ditetapkan oleh Nabi untuk Allāh di dalam hadits yang sahih, maka kita juga wajib menetapkannya untuk Allāh. 

Dan kita meyakini bahwa semua nama Allāh Maha Indah, Maha bagus.

Allāh Ta'āla berfirman,

وَلِلَّهِ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ فَٱدۡعُوهُ بِهَاۖ

"Dan Allāh mempunyai nama-nama yang husna, yang Maha baik yang Maha indah, maka berdoalah kepada-Nya dengan menggunakan nama-nama yang indah tersebut." (QS. Al-A'rāf: 180).

Demikian pula dengan sifat-sifat Allāh,  semuanya Maha Sempurna Maha tinggi, tidak mengandung cacat, tidak mengandung kekurangan. 

Sebagai contoh Allāh Maha Mengetahui karena ilmu Allāh sempurna, tidak ada sesuatu apapun di alam semesta ini yang samar dari ilmu (pengetahuan) Allāh. Allāh Maha Tahu, Allāh juga mempunyai sifat melihat yang terkandung dalam nama Allāh Al-Bashir (الْبَصِيرُ) Dzat Yang ang Maha melihat. 

Al-Bashir (الْبَصِيرُ) adalah salah satu nama Allāh yang indah, nama Allāh ini mengandung sifat Al-Bashar (البَصَر) yaitu melihat. Melihat apa? Melihat segala sesuatu, tidak ada sesuatu apapun yang tertutup, tersembunyi, atau tersamarkan dari penglihatan Allāh.  

Karena penglihatan Allāh sifatnya sempurna, tidak mengandung kekurangan, berbeda dengan sifat melihatnya makhluk (terbatas), hanya mampu melihat sejauh sekian km (kilometer) bagi mata yang sehat. Tapi bagi Allāh semua terlihat dengan jelas, karena sifat Allāh Maha Sempurna dan Maha Tinggi. 

Allāh mempunyai nama yang indah As-Sami' (السَّمِيعُ) yang artinya Dzat Yang Maha Mendengar, dalam nama tersebut terkandung sifat yang sempurna yaitu As-Sam'u (السمع) sifat mendengar. Mendengar apa? Mendengar segala suara, suara makhluk apapun, sesamar apapun, sekecil apapun, bahkan suara kita yang berbisik, Allāh Maha mendengar.

Bahkan suara daun yang jatuh di tengah malam gelap gulita, Allāh Maha mendengar, karena pendengaran Allāh Maha Sempurna tidak sebagaimana pendengaran makhluk. 

Macam-macam tauhid yang tiga tadi yaitu, tauhid rububiyyah, tauhid uluhiyyah, dan tauhid asma' wa sifat ,  masing-masing memiliki dalil-dalil yang banyak dari al-Qur'an dan as-Sunnah. InsyaaAllāh akan kita jelaskan pada pertemuan yang akan datang.

Dan pembagian tauhid ini, bukan perkara baru dalam agama, bukan perkara bid'ah sebagaimana tuduhan kelompok bid'ah dari kalangan Jahmiyyah dan juga pengekor (pengikut) nya, yang mengatakan bahwa Ahlus Sunnah wal Jamā'ah dan ulama-ulama sunnah membagi tauhid menjadi tiga yaitu; ① Tauhid Rububiyyah  ② Tauhid Uluhiyyah  ③  Tauhid Asma' wa Sifat ,  itu sama seperti aqidah trinitas orang-orang Nasrani. Tentu ini adalah tuduhan yang batil yang sangat mudah untuk disanggah dan dibantah oleh para ulama.

InsyaaAllāh akan kita jelaskan pembagian tauhid menjadi tiga, pada pertemuan yang akan datang. 

 Demikian yang dapat kami sampaikan pada pertemuan kali ini.

وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين 

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•


Tidak ada komentar:

Posting Komentar