MATERI 08 - DALIL AKAL TERHADAP TAUHID RUBUBIYYAH
📆 Rabu, 27 Shafar 1445 H/ 13 September 2023 M
👤 Ustadz Muhammad Wasitho, Lc., M.A.
📗 Aqidah - Modul 01
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
MADEENAH...
Belajar Islam dasar, dengan pemahaman yang benar
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين الذي أنزل شريعة الإسلام هُدًى لِلنَّاسِ ورحمة للعالمين، أما بعد :
Ma'asyiral Ikhawati wal Akhawat, kaum muslimin dan muslimat, yang semoga dirahmati dan diberkahi Allah subhanahu wa ta'ala.
Pada pertemuan kali ini kita akan melanjutkan kembali kajian kita pada kitab "Ushulul Iman fi Dhouil Kitabi was Sunnah" (Prinsip-prinsip keimanan menurut Al-Qur'an dan Sunnah) yang disusun oleh sejumlah ulama-ulama rabbani yang mumpuni di dalam bidang Aqidah.
Pembahasan kita pada pertemuan kali ini, adalah tentang دلالة العقل على تَوْحِيْدُ الرُّبُوْبِيَّةِ (Dalil Akal Tentang Tauhid Rububiyyah).
Akal manusia ya Ikhwan, telah menetapkan dan menunjukkan bahwa Allah memang ada, Allah Maha Esa dalam rububiyyah-Nya serta Allah Maha Sempurna di dalam kemampuan dan kekuasaannya atas semua makhluk-makhluk-Nya.
Dalil akal yang menunjukkan hal tersebut, yang menunjukkan ke-Maha Sempurnaan Allah dan Kemampuan-Nya serta Kekuasaan-Nya atas semua makhluk dapat kita ketahui dengan cara melihat dan memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah pada makhluk-Nya.
Dalil akal yang menunjukkan bahwa Allah Maha Sempurna di dalam kemampuan dan kekuasaan-Nya atas semua makhluk, dapat kita ketahui dengan cara melihat dan memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah pada makhluk-Nya.
Dan cara-cara tersebut sangat banyak, namun yang paling masyhur yang paling populer ada dua cara, yaitu;
⑴ Dengan cara melihat dan memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah di dalam penciptaan jiwa manusia. Jiwa manusia merupakan salah satu tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah yang menunjukkan bahwa Dia Maha Esa di dalam rububiyyah-Nya tidak memiliki sekutu bagi-Nya.
Apa dalilnya? Dalilnya firman Allah subhanahu wa ta'ala di dalam surat Adz-Dzariyyat: 21.
Allāh Ta'ala berfirman:
وَفِيٓ أَنفُسِكُمۡۚ أَفَلَا تُبۡصِرُونَ
"Dan pada jiwa (pada diri) kalian, tidakkah kalian melihat (tanda-tanda kebesaran Allah?)"
Maksudnya dalam penciptaan jiwa kalian, jiwa manusia yang begitu sempurna, penuh dengan keajaiban. Tidakkah kalian melihat tanda-tanda kebesaran Allah?
Dalil kedua dalam surat Asy-Syams ayat 7.
Allah berfirman:
وَنَفۡسٖ وَمَا سَوَّىٰهَا
"Dan demi jiwa dan apa yang telah disempurnakannya dalam penciptaan."
Dan demi jiwa serta penyempurnaannya dalam penciptaan jiwa. Ayat ini menunjukkan bahwa Allah subhanahu wa ta'ala Maha Esa di dalam rububiyyah-Nya, tiada sekutu bagi-Nya.
Oleh karena itu, jika seorang manusia melihat dan mencermati dengan seksama tentang jiwa manusia dan keajaiban-keajaiban yang ada di dalamnya niscaya hal itu akan menunjukkan kepada dirinya bahwa dia memiliki Tuhan, memiliki Rabb Sang Pencipta Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
Sebab tidak mungkin ada seorang manusia yang mampu menciptakan setetes air mani yang mana dia diciptakan dari air mani tersebut, atau setetes air mani tersebut. Atau dia mengubahnya menjadi segumpal darah lalu dia mengubahnya menjadi sekarat daging lalu mengubahnya menjadi tulang lalu dibalut dengan daging. Tidak mungkin!
Tidak mungkin manusia menciptakan hal tersebut dan tidak akan mampu. Maka ini adalah salah satu cara dan salah satu jalan untuk mengetahui bahwa Allah Maha Esa dalam rububiyyah-Nya dengan melihat tanda-tanda kebesaran Allah di dalam penciptaan jiwa manusia.
Cara berikutnya,
⑵ Dengan cara mencermati dengan seksama tanda-tanda kebesaran Allah di dalam menciptakan alam semesta ini.
Sekali lagi tanda yang kedua, adalah dengan mencermati dengan seksama tanda-tanda kebesaran Allah di dalam menciptakan alam semesta beserta isinya. Seperti makhluk Allah berupa langit, bumi, bintang, bulan, lautan, pepohonan, gunung-gunung, angin, kemudian silih bergantinya siang dan malam, serta berjalannya ini semua dengan tertib dan teratur.
Ini cara yang kedua. Perhatikan! Tanda-tanda kebesaran Allah dengan seksama dalam menciptakan alam semesta ini, yang ada di langit maupun ada di bumi atau yang ada di dalam perut bumi. Ini semua menunjukkan bahwa Allah Maha Esa di dalam rububiyyah-Nya tiada sekutu bagi-Nya.
Apa dalilnya? Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala di dalam Fushshilat ayat 53.
Allāh Ta'ala berfirman:
سَنُرِيهِمۡ ءَايَٰتِنَا فِي ٱلۡأٓفَاقِ وَفِيٓ أَنفُسِهِمۡ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمۡ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّۗ أَوَلَمۡ يَكۡفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ شَهِيدٌ
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kebesaran (tanda-tanda kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, sehingga menjadi jelas bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar, bahwa Tuhan-mu menjadi saksi atas segala sesuatu?"
Tidakkah cukup bahwa sesungguhnya Tuhan-mu (Allah) menjadi saksi atas segala sesuatu.
Ayat ini menunjukkan dengan jelas bahwa melihat dan mencermati makhluk-makhluk Allah yang ada di alam semesta ini akan menunjukkan kepada kita bahwa Allah Maha Esa dalam rububiyyah-Nya.
Pernah ada seorang ahli kalam (ahlul bid'ah) datang kepada Abu Hanifah rahimahullah, orang tersebut ingin membahas atau mengkaji bersama Abu Hanifah dalam masalah yang dapat menetapkan 'Tauhid Rububiyyah'.
Siapa yang datang?
Yang datang adalah seorang ahli kalam dari kalangan ahlul bi'dah. Ahlul kalam mendatangi Abu Hanifah rahimahullah salah satu 'imam madzhab yang empat'. Orang tersebut mengajak Abu Hanifah membahas dan mengkaji bersama beliau perkara yang menetapkan 'Tauhid Rububiyyah'.
Maka Abu Hanifah berkata kepada orang tersebut dan orang-orang yang datang bersama beliau. Abu Hanifah mengatakan:
"Katakanlah kepadaku, sebelum kita membicarakan masalah ini tentang sebuah perahu!"
Beritahukanlah kepadaku (katakan kepadaku), sebelum kita membicarakan masalah 'Tauhid Rububiyyah' ini tentang sebuah perahu di sungai Dajlah (kata beliau). Perahu tersebut penuh dengan makanan, barang, dan yang lainnya.
"Perahu atau kapal tersebut pulang dan pergi (hilir dan mudik) sendiri memuat dan membongkar sendiri tanpa ada yang mengaturnya, apakah mungkin?" Kata Abu Hanifah.
Mereka (para ahlul kalam dari kalangan ahlul bid'ah) menjawab:
"Itu, tidak masuk akal, tidak mungkin terjadi sama sekali!"
Maka Abu Hanifah berkata kepada mereka:
"Bila hal itu tidak mungkin terjadi pada sebuah kapal atau perahu (datang dan pergi dengan sendirinya, hilir mudik, memuat dan membongkar dengan sendiri), jika hal itu tidak mungkin terjadi pada sebuah perahu atau kapal, lalu bagaimana dengan alam semesta ini? Bagian atas dan bagian bawahnya?"
Bagian atas maksudnya makhluk yang ada di langit (matahari, bulan, bintang) berputar pada porositas, kemudian yang ada di bumi (lautan, gunung-gunung, pepohonan, angin, silih bergantinya siang dan malam) berjalan sendiri tanpa ada yang mengatur? Tentu mustahil, tidak mungkin?
Ini sebagaimana tidak mungkinnya berlayar kapal dan perahu yang memuat makanan dan barang-barang yang penuh, datang dan pergi dengan sendiri, hilir mudik, membongkar dan memuat barang sendiri. Tidak mungkin! Maka lebih-lebih dengan makhluk yang lebih besar daripada itu yang ada di ufuk langit maupun ufuk bumi.
Oleh karena itu, hal ini menunjukkan kepada kita bahwa Allah subhanahu wa ta'ala adalah Maha Esa di dalam rububiyyah-Nya.
Demikian pelajaran kita pada kali ini.
و سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته.
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
Tidak ada komentar:
Posting Komentar