MATERI 11 - BENTUK PENYIMPANGAN DALAM TAUHID RUBUBIYYAH
📆 Senin, 02 Rabi'ul Awwal 1445 H/ 18 September 2023 M
👤 Ustadz Muhammad Wasitho, Lc., M.A.
📗 Aqidah - Modul 01
🌐 https://madeenah.bimbinganislam.com/
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
MADEENAH...
Belajar Islam dasar, dengan pemahaman yang benar
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين الذي أنزل شريعة الإسلام هُدًى لِلنَّاسِ ورحمة للعالمين، أما بعد :
Ma'asyiral Ikhwatiy wal Akhawat, kaum muslimin dan muslimat yang semoga dirahmati dan diberkahi Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Pada pertemuan kali ini kita akan belajar bersama-sama, membahas dan memahami tentang bentuk-bentuk penyimpangan di dalam Tauhid Rububiyyah Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Tauhid Rububiyyah meskipun dia merupakan perkara yang terpatri dalam fitrah manusia bahkan jiwa manusia telah diciptakan di atas fitrah tersebut, yakni beriman kepada Rububiyyah Allah. Mengakui bahwa Allah yang menciptakannya, Allah yang memberinya rezeki.
Fitrah manusia meyakini bahwa Allahlah yang mengatur alam semesta, yang mampu menghidupkan dan mematikan, yang mampu memberikan manfaat dan mencegah mudharat.
Bahkan banyak sekali dalil-dalil yang menetapkan hal tersebut, hanya saja di sana ada sebagian orang (segelintir manusia) yang memiliki penyimpangan terhadap Tauhid Rububiyyah. Mereka tidak beriman dengan Tauhid Rububiyyah.
Oleh karenanya dalam pertemuan kali ini, kita akan menyebutkan secara ringkas beberapa penyimpangan atau bentuk penyimpangan terhadap Tauhid Rububiyyah.
* Bentuk penyimpangan yang pertama, mengingkari adanya Allah dan mengingkari Rububiyyah Allah secara mendasar. Betul-betul tidak percaya dengan adanya Allah dan tidak percaya dengan Rububiyyah Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Penyimpangan ini seperti keyakinan orang-orang Atheis, yang mana mereka punya keyakinan bahwa makhluk-makhluk yang ada di alam semesta ini ada dengan sendirinya atau menciptakan dirinya sendiri.
Makhluk-makhluk yang ada di alam ini ada dengan sendirinya atau menciptakan dirinya sendiri, ini keyakinan orang-orang Atheis. Demikian pula silih bergantinya siang dan malam katanya terjadi begitu saja tanpa adanya yang mengatur. Mereka hidup, mereka mati begitu saja terjadi dengan sendirinya, waktu dan alam yang menghentikan kehidupan manusia.
Allah menceritakan keyakinan mereka di dalam surat Al-Jatsiyah ayat 24,
وَقَالُواْ مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا ٱلدُّنۡيَا نَمُوتُ وَنَحۡيَا وَمَا يُهۡلِكُنَآ إِلَّا ٱلدَّهۡرُۚ
Mereka orang-orang kafir, orang-orang Atheis, orang-orang yang tidak percaya dan tidak beriman terhadap Tauhid Rububiyyah mengatakan, "Ini adalah kehidupan kami di dunia, kami mati dan kami hidup dan tidak ada yang membinasakan kami atau yang mematikan kami kecuali waktu (masa yang berlalu)".
Ini adalah bentuk penyimpangan pertama terhadap Tauhid Rububiyyah.
* Bentuk penyimpangan yang kedua, Mengingkari sebagian sifat khusus bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mengingkari sebagian makna Rububiyyahnya.
Contohnya seperti orang-orang yang mengingkari atau meniadakan kemaha Mampuan Allah (sifat Maha Mampunya Allah) untuk mematikan makhluk, menghidupkan makhluk setelah kematiannya. Atau mengingkari dan meniadakan sifat Kemaha Mampuan Allah dalam mendatangkan manfaat atau mencegah mudharat.
Kata mereka,
"Allah tidak akan mampu untuk menghidupkan kembali makhluk yang sudah mati (manusia yang telah meninggal dunia)".
"Allah tidak mungkin mampu untuk membangkitkan manusia dari alam kuburnya".
Ini adalah bentuk penyimpangan terhadap Tauhid Rububiyyah.
Dan memang ada, mereka hanya menetapkan dan percaya dengan sebagian sifat-sifat Rububiyyah Allah namun sebagian sifat Rububiyyah yang lain yang merupakan kekhususan bagi Allah diingkari dan ditiadakan.
* Bentuk penyimpangan yang ketiga, adalah memberikan sebagian dari sifat-sifat khusus bagi Allah kepada selain Allah.
Memberikan sebagian sifat-sifat khusus Allah kepada selain Allah.
Seperti orang yang berkeyakinan ada selain Allah yang mampu mengatur alam semesta atau meyakini bahwa ada makhluk selain Allah atau bersama Allah yang mampu memberikan rezeki, mampu menurunkan hujan, mampu menciptakan makhluk, mampu menghidupkan atau mematikan makhluk. Meyakini ada selain Allah yang mampu mendatangkan manfaat kebaikan atau mencegah mudharat dan keburukan.
Tidak ada selain Allah yang mampu mengetahui perkara ghaib. Dan ini memang ada, sebagian dari kaum muslimin percaya dengan para dukun, para peramal atau orang-orang pintar (yang mengaku mengetahui hal ghaib). Mereka meyakini bahwa dukun, peramal, orang pintar mampu menyembuhkan penyakit, mampu mencegah turunnya hujan dan lain sebagainya.
Ini adalah bentuk penyimpangan terhadap Tauhid Rububiyyah Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Maka barangsiapa yang mempunyai keyakinan semacam ini, berarti ia telah berbuat syirik kepada Allah dengan syirik akbar, syirik yang membatalkan Islam, syirik yang membatalkan Iman, syirik yang menghapuskan semua pahala amal ibadah, syirik yang akan mengekalkan pelakunya di dalam neraka Jahannam.
Mudah-mudahan kita semua dilindungi oleh Allah dari segala bentuk penyimpangan dalam beragama dan semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa memberikan taufik dan bimbingan kepada kita semua untuk istiqamah dalam beribadah kepadaNya, mentauhidkanNya, serta istiqamah di dalam mengikuti petunjuk, prosedurNya.
Demikian pelajaran kita pada pertemuan kali ini.
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
[22.28, 16/8/2024] Farqim 1 Telkomsel: 🔊 MATERI 12 : TAUHID ULUHIYYAH MAKNA DAN PENGERTIANNYA
📆 Selasa, 03 Rabi'ul Awwal 1445 H/ 19 September 2023 M
👤 Ustadz Muhammad Wasitho, Lc., M.A.
📝 Aqidah - Modul 01
🌐 https://madeenah.bimbinganislam.com/
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
MADEENAH...
Belajar Islam dasar, dengan pemahaman yang benar
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين الذي أنزل شريعة الإسلام هُدًى لِلنَّاسِ ورحمة للعالمين، أما بعد :
Ma'asyiral Ikhwatiy wal Akhawat, kaum muslimin dan muslimat yang semoga dirahmati dan diberkahi Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Pada pertemuan kali ini kita akan belajar bersama-sama, memahami tentang Apa makna dan pengertian Tauhid Al-Uluhiyyah.
Sebagaimana yang telah kita jelaskan pada pertemuan yang telah lalu bahwa arti Tauhid yaitu:
إفراد الله في الألوهية والربوبية والأسماء والصفات.
Tauhid artinya kita mengesakan Allah di dalam Rububiyyah-Nya, Uluhiyyah-Nya dan Asma wa Shifat-Nya (nama-nama dan sifat-sifat-Nya).
Dari definisi Tauhid tersebut para ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah menjelaskan bahwa di dalam agama Islam Tauhid ada tiga macam, yaitu;
① Tauhid Rububiyyah
② Tauhid Al-Uluhiyyah
③ Tauhid Asma wa Shifat.
Adapun makna Tauhid Al-Uluhiyyah.
Al-Uluhiyyah dalam bahasa Arab diambil dari nama Al-Ilah (الإله).
Apa Al-Ilah (الإله)? Al-Ilah (الإله) artinya adalah Al-Ma'buud Al-Muthaa' (المعبود المطاع) yang disembah dan ditaati.
√ Al-Ma'buud (المعبود) yang disembah atau diibadahi.
√ Al-Muthaa' (المطاع) yang ditaati.
Al-Ilah (الإله) adalah salah satu nama di antara nama-nama Allah yang Maha Indah, termasuk Asmaul Husna yaitu Al-Ilah (الإله). Sedangkan Al-Uluhiyyah (الأُلوهيَّةِ) atau Uluhiyyah adalah salah satu sifat di antara sifat-sifat Allah yang Maha Agung, oleh karenanya Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah Dzat yang diibadahi, yang wajib disembah dan ditaati oleh para hamba dengan hati-hati mereka.
Al-Ilah (الإله) adalah dzat yang disembah, yang wajib hati para hamba tunduk dan melaksanakan terhadap perintah-perintahnya.
Oleh karenanya Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah Dzat yang Maha Agung, sang pencipta alam semesta ini, yang mengatur segala urusan yang memiliki sifat dengan segala sifat kesempurnaan, yang Maha Suci dari segala aib, dan cacat serta kekurang dari kesempurnaan. Oleh karenanya tidaklah pantas untuk ditaati dan diagungkan kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Tidak boleh memberikan ketaatan dan ketundukan atau kehinaan kecuali hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah Ta'ala dzat yang Maha Esa dalam hal menciptakan dan menghidupkan kembali makhluk yang telah mati. Tidak ada siapapun dari makhlukNya yang menyekutui Allah.
Oleh karenanya kita semua (hamba) wajib mengesakan Allah dalam beribadah kepadaNya, tanpa menyekutukanNya dengan siapapun dari para makhluk. Jadi inilah definisi atau makna Uluhiyyah.
Oleh karenanya Tauhid Uluhiyyah.
Apa artinya? Tadi kita sudah menjelaskan makna Uluhiyyah yaitu sesuatu yang disembah.
Al-Uluhiyyah adalah المعبود المطاع dzat yang disembah dan ditaati.
Maka arti Tauhid Al-Uluhiyyah, apa definisinya?
Tauhid Al-Uluhiyyah adalah:
إفراد الله تعالى وحده بالعبادة،
"Mengesakan Allah, satu-satunya dengan ibadah atau mengesakan Allah dalam beribadah kepada-Nya."
Maksudnya adalah seorang hamba wajib mengetahui dan meyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa hanya Allah dzat yang wajib disembah dengan sebenar-benarnya. Dan meyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa sifat Uluhiyyah, sifat yang wajib, sifat peribadatan, tidaklah dimiliki oleh siapapun dari para makhluk. Tidak ada yang berhak untuk menyandang sifat Uluhiyyah kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Oleh karenanya apabila seorang hamba telah mengetahui dan meyakini hal tersebut, maka ia wajib mengesakan Allah dalam segala ibadah yang ia lakukan baik ibadah yang lahir maupun ibadah yang bathin, yang tampak maupun tidak tampak.
Dia wajib menjalankan syari'at Islam, syari'at Islam yang zhahir (yang tampak), seperti, shalat, puasa, zakat, haji, amar ma'ruf nahi munkar, berbakti kepada kedua orang tua, silaturahim, itu hanya untuk Allah dan kepada Allah.
Demikian pula ia wajib menjalankan syari'at-syari'at Islam yang bathin (tidak nampak) seperti, beriman kepada Allah, beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, beriman kepada kitab-kitab-Nya, beriman kepada rasul-rasul-Nya, beriman kepada hari Kiamat dan beriman kepada takdir yang baik maupun buruk.
Tidaklah dia menjalankan itu semua kecuali hanya untuk Allah dan karena Allah, tidak ada kepentingan sedikitpun untuk mendapatkan kepentingan dunia, untuk mendapatkan pujian makhluk atau manusia atau yang lainnya.
Inilah makna Tauhid Al-Uluhiyyah.
Mudah-mudahan apa yang telah kita jelaskan, bisa dipahami dengan baik dan benar dan semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.
Demikian pelajaran kita pada pertemuan kali ini.
وسبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
=============================================================
[22.28, 16/8/2024] Farqim 1 Telkomsel: MATERI 13 : DALIL DARI AL-QUR'AN WAJIBNYA TAUHID ULUHIYYAH
📆 Rabu, 04 Rabi'ul Awwal 1445 H/ 20 September 2023 M
👤 Ustadz Muhammad Wasitho, Lc., M.A.
📗 Aqidah - Modul 01
🌐 https://madeenah.bimbinganislam.com/
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
MADEENAH...
Belajar Islam dasar, dengan pemahaman yang benar
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين الذي أنزل شريعة الإسلام هُدًى لِلنَّاسِ ورحمة للعالمين، أما بعد :
Ma'asyiral Ikhwatiy wal Akhawat, kaum muslimin dan muslimat yang semoga dirahmati dan diberkahi Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Pada pertemuan kali ini kita akan belajar bersama-sama, memahami tentang dalil-dalil wajibnya Tauhid Al-Uluhiyyah.
Kita akan menyebutkan beberapa dalil syar'i dari Al-Qur'an dan As-Sunnah tentang wajibnya mengesakan Allah di dalam Uluhiyyah-Nya atau dalam beribadah kepada-Nya.
Dan bentuk-bentuk dalil yang menunjukkan wajibnya Tauhid Uluhiyyah beraneka ragam (bermacam-macam) di antaranya dalil yang menunjukkan tentang wajibnya seorang hamba merealisasikan dan mewujudkan Tauhid Uluhiyyah.
* Pertama, Ada kalanya datang dengan bentuk perintah untuk mengesakan Allah dalam beribadah kepada-Nya.
Apa dalilnya?
Di antara contohnya adalah sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam surat Al-Baqarah 21. Sangat jelas sekali di sini ada perintah Allah kepada para hamba agar beribadah hanya kepada-Nya saja bukan kepada selainnya.
Allah Ta'ala berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعۡبُدُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُمۡ وَٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
"Wahai segenap manusia! Hendaknya kalian beribadah hanya kepada Rabb (Tuhan) kalian yang telah menciptakan kalian dan menciptakan orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa kepada-Nya." (QS. Al-Baqarah: 21).
Ayat ini menunjukkan dengan jelas tentang perintah wajibnya beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Contoh yang lain yaitu firman Allah di dalam surat An-Nisaa' ayat 36. Ayat ini datang dalam bentuk wajibnya beribadah hanya kepada Allāh.
وَٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡـٔٗاۖ
"Dan hendaknya kalian hanya beribadah kepada Allah saja dan janganlah kalian menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun." (QS. An-Nisaa' ayat 36)
Ayat ini datang dalam bentuk fi'il Amr (kata perintah), untuk beribadah hanya kepada Allah.
Kemudian dalil yang ketiga, adalah firman Allah dalam surat Al-Isra ayat 23.
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ
"Dan Rabb-Mu (Allah) telah mewajibkan (menetapkan) agar kalian tidaklah beribadah kecuali hanya kepada-Nya saja." (QS. Al-Isra: 23).
Ini bentuk dalil pertama yaitu datang dalam bentuk kata perintah agar mewujudkan ibadah hanya kepada Allah, bukan kepada selainnya.
Di antara macam-macam dalil yang menunjukkan wajibnya mentauhidkan Allah dalam beribadah kepada-Nya.
* Kedua, Ada kalanya dalil syar'i datang menjelaskan bahwasanya Tauhid Uluhiyyah merupakan landasan utama adanya para makhluk dan tujuan utama diciptakan Jin dan Manusia.
Sebagai contoh firman Allah dalam surat Adz-Dzariyyat ayat 56.
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ
"Dan Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah hanya kepadaku." (QS. Adz-Dzariyyat: 56).
Dari ayat ini kita bisa mengetahui bahwasanya Allah telah menjelaskan hikmah yang sangat agung dan tujuan utama diciptakan jin dan manusia yaitu agar mereka beribadah hanya kepada Allah, menyembah Allah saja, mentauhidkan Allah dalam Uluhiyyah.
* Ketiga, Kadang-kadang dalil syar'i datang menjelaskan bahwasanya Tauhid Uluhiyyah merupakan tujuan diutusnya para Nabi dan Rasul.
Sebagai contoh firman Allah di dalam surat An-Nahl 36.
وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَۖ
"Sungguh kami telah mengutus pada setiap umat seorang Rasul untuk menyerukan kepada kaumnya, 'Hendaklah kalian semua, beribadah hanya kepada Allah dan jauhilah Thaghut." (QS. An-Nahl: 36).
Jauhilah segala sesuatu yang disembah selain Allah!
Ayat ini menunjukkan dan menjelaskan kepada kita tentang tujuan utama diutusnya para Nabi dan Rasul, yaitu untuk mengajak kaumnya untuk beribadah kepada Allah, mewujudkan Tauhid Uluhiyyah.
Contoh lain seperti firman Allah di dalam surat Al-Anbiyya’ ayat 25.
وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِيٓ إِلَيۡهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعۡبُدُونِ
"Dan Kami tidaklah mengutus sebelummu seorang Rasul pun melainkan Kami mewahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Aku, oleh karena itu hendaknya kalian beribadah hanya kepada-Ku saja." (QS. Al-Anbiyya: 25).
Ayat ini juga menunjukkan dengan jelas dan gamblang bahwasanya tujuan utama diutusnya para Nabi dan Rasul adalah untuk mewujudkan Tauhid Uluhiyyah.
* Keempat, Terkadang dalil syar'i datang untuk menjelaskan bahwa tujuan utama diturunkannya kitab-kitab samawi yaitu untuk mewujudkan Tauhid Uluhiyyah.
Menjelaskan bahwa tujuan utama Allah menurunkan kitab-kitabNya adalah untuk mewujudkan Tauhid Uluhiyyah. Sebagai contoh firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surat An-Nahl ayat 2.
یُنَزِّلُ ٱلۡمَلَـٰۤىِٕكَةَ بِٱلرُّوحِ مِنۡ أَمۡرِهِۦ عَلَىٰ مَن یَشَاۤءُ مِنۡ عِبَادِهِۦۤ أَنۡ أَنذِرُوۤا۟ أَنَّهُۥ لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّاۤ أَنَا۠ فَٱتَّقُونِ
"Dialah Allah yang telah menurunkan para Malaikat dengan membawa wahyu, dengan perintahnya kepada siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hambaNya, yaitu untuk menyampaikan kepada mereka (kaumnya), berilah peringatan bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah kecuali Aku, oleh karena itu hendaknya kalian bertakwa (takut) kepada-Ku." (QS. An-Nahl: 2).
Ayat ini menjelaskan kepada kita tentang hikmah dan tujuan utama Allah menurunkan kitab-kitab-Nya, yaitu untuk mewujudkan Tauhid Uluhiyyah.
* Kelima, Terkadang dalil syar'i datang menjelaskan tentang betapa Agung dan betapa besar pahala ahli Tauhid dan betapa besar pahala yang telah Allah siapkan untuk mereka, serta nikmat-nikmat yang sangat mulia di dunia dan di akhirat.
Inilah macam yang kelima, di antara macam-macam dalil syar'i yang menunjukkan tentang wajibnya merealisasikan Tauhid Uluhiyyah, yaitu sebagai contoh firman Allah dalam surat Al-An'am ayat 82.
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَلَمۡ يَلۡبِسُوٓاْ إِيمَٰنَهُم بِظُلۡمٍ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلۡأَمۡنُ وَهُم مُّهۡتَدُونَ
"Orang-orang yang beriman dan mereka tidak mencampur adukan keimanan mereka dan kezhaliman, maka mereka adalah orang-orang yang akan mendapatkan keamanan dan mereka adalah orang-orang yang telah mendapatkan petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta'ala."
Orang-orang yang beriman dengan iman yang benar, iman yang murni, iman yang bersih dari noda-noda kekafiran dan kesyirikan, dan tidak mencampur adukan keimanan mereka dan kezhaliman yakni dengan kesyirikan.
Maka pahalanya, keutamaannya, manfaatnya yang mereka dapatkan, kata Allah, "Mereka (orang-orang) yang akan mendapatkan keamanan". Keamananan dan perlindungan dari Allah di akhirat dari murka Allah dan dari adzab Allah yang sangat pedih, di alam kubur dan dari api Neraka.
وَهُم مُّهۡتَدُونَ
Dan di dunia mereka mendapat hidayah (petunjuk) dari Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk mengikuti dan menetapi jalan yang lurus dan benar.
Ayat ini menunjukkan tentang manfaat dan keutamaan yang didapatkan oleh orang-orang yang bertauhid di dunia dan di akhirat.
Macam berikutnya,
* Keenam, Terkadang dalil syar'i datang dengan memberikan peringatan yang keras terhadap lawan dari pada Tauhid yaitu Syirik.
Kadang-kadang dalil syar'i datang kepada kita dengan membawa peringatan yang keras dari lawannya Tauhid dan menjelaskan bahaya yang menentang Tauhid serta menyebutkan hukuman atau siksaan yang sangat pedih bagi orang-orang yang meninggalkan Tauhid.
Sebagai contoh firman Allah di dalam surat Al-Maidah ayat 72.
إِنَّهُۥ مَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنۡ أَنصَارٖ
"Sesungguhnya barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allah (menyekutukan Allah) dengan makhlukNya dalam beribadah kepada-Nya, maka sungguh Allah telah mengharamkan baginya Surga dan tempat kembalinya adalah Neraka. Dan orang-orang yang berbuat zhalim (berbuat syirik) kepada Allah tidak akan mempunyai penolong."
Ayat ini menjelaskan dengan gamblang kepada kita tentang hukuman berat, siksaan yang pedih yang Allah siapkan untuk orang-orang yang berbuat syirik, orang-orang yang menentang Tauhid Uluhiyyah.
Dan di sana masih banyak dalil syar'i dari ayat Al-Qur'an yang menjelaskan dan menunjukkan tentang wajibnya mentauhidkan Allah dalam beribadah kepada-Nya.
Demikian pelajaran kita pada pertemuan kali ini.
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
[22.28, 16/8/2024] Farqim 1 Telkomsel: 🔊 MATERI 14 : DALIL DARI AS-SUNNAH WAJIBNYA TAUHID ULUHIYYAH
📆 Kamis, 05 Rabi'ul Awwal 1445 H/ 21 September 2023 M
👤 Ustadz Muhammad Wasitho, Lc., M.A.
📗 Aqidah - Modul 01
🌐 https://madeenah.bimbinganislam.com/
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
MADEENAH...
Belajar Islam dasar, dengan pemahaman yang benar
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين الذي أنزل شريعة الإسلام هُدًى لِلنَّاسِ ورحمة للعالمين، أما بعد :
Adapun dalil-dalil syari' dari As-Sunnah (hadits Nabi yang shahih) yang menunjukkan tentang wajibnya para hamba beribadah hanya kepada Allah. Wajibnya para hamba mewujudkan Tauhid Al-Uluhiyyah.
Dalilnya sangat banyak, kita sebutkan sebagiannya.
Di antaranya adalah:
* Dalil Pertama | Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari di dalam kitab Shahihnya dari sahabat Mu'adz bin Jabal radhiyallahu ta'ala 'anhu, dia berkata:
قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم " يَا مُعَاذُ أَتَدْرِي مَا حَقُّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ
Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda, "Wahai Mu'adz, apakah engkau mengetahui apa hak Allah yang wajib ditunaikan oleh hamba-hamba-Nya?"
قَالَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ
Mu'adz menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu apa itu hak Allah yang wajib ditunaikan oleh para hamba."
قَالَ : أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلاَ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، أَتَدْرِي مَا حَقُّهُمْ عَلَيْهِ
Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam menjelaskan, "Hak Allah yang wajib ditunaikan oleh hamba-hamba-Nya adalah hendaknya mereka beribadah hanya kepada Allah dan tidak berbuat syirik sedikit pun kepada-Nya (tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun)."
Kemudian Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam bertanya kembali kepada Mu'adz:
أَتَدْرِي مَا حَقُّ عَلَيك
"Wahai Mu'adz, apakah engkau mengetahui apa hak mereka (para hamba) yang akan ditunaikan oleh Allah?"
قَالَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ.
Mu'adz menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu."
Maka Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam menjelaskan hak para hamba yang akan ditunaikan oleh Allah adalah,
قَالَ : أَنْ لاَ يُعَذِّبَهُمْ
"Allah tidak akan mengadzab atau menyiksa mereka."
Maksudnya apa?
Allah tidak akan menyiksa ahli Tauhid, Allah tidak akan mengadzab atau menyiksa orang-orang yang tidak berbuat syirik kepadanya sedikit pun sampai mati.
Ini contoh dalil yang pertama dari hadits Nabi yang shahih tentang wajibnya mengesakan Allah dalam Tauhid Al-Uluhiyyah, dalam beribadah kepada-Nya.
* Dalil Kedua | Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ta'ala 'anhuma.
لَمَّا بَعَثَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مُعَاذًا نَحْوَ الْيَمَنِ قَالَ لَهُ إنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى فَإِذَا عَرَفُوا ذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ ..... إلى آخر الحدث
Ibnu Abbas menceritakan, tatkala Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam mengutus Mu'adz bin Jabal radhiyallahu ta'ala 'anhu ke negeri Yaman. Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam memberikan pesan dan wasiat kepadanya (sebagai duta dakwah).
Sesungguhnya engkau Mu'adz akan mendatangi suatu kaum dari kalangan Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani), hendaknya perkara pertama yang engkau dakwahkan atau ajarkan kepada mereka adalah agar mereka mentauhidkan Allah Ta'ala, beribadah hanya kepada Allah, mengesakan Allah di dalam ibadah.
Apabila mereka (ahlul Kitab) mengetahui hal tersebut, maksudnya mau mengikuti dan menerima dakwah Tauhid tersebut dengan mereka masuk Islam, dengan beribadah hanya kepada Allah, mentauhidkan Allah. Maka kata Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam,
فَأَخْبِرْهُمْ
Sampaikan kepada mereka, kabarkan kepada mereka, beritahu kepada mereka, bahwasanya Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam.
أَنَّ اللَّهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ
"Allah telah mewajibkan kepada mereka mengerjakan shalat lima waktu sehari semalam."
Ini urutan kedua dalam berdakwah di tengah manusia, dengan memulai dengan dakwah Tauhid kemudian dakwah kepada rukun Islam yang kedua yaitu ibadah shalat lima waktu sehari semalam.
Kemudian kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam,
فإنهم توحك بذلك فأ
Jika mereka mentaati dan menerima dakwahmu tersebut, jika mereka mau melaksanakan shalat lima waktu sehari semalam.
فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صدقة تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ
Kabarkan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka membayar zakat yang dipungut (diambil) dari orang-orang kaya di antara mereka dan disalurkan (dibagikan) kepada orang-orang faqir di antara mereka."
Tahapan berikutnya adalah menyampaikan dan mengajarkan rukun Islam yang ketiga yaitu kewajiban zakat bagi orang-orang kaya, orang-orang yang telah memiliki harta yang telah mencapai nishab dan telah melampaui satu tahun dan seterusnya.
Nabi memberikan bimbingan kepada duta dakwah beliau yaitu sahabat Mu'adz bin Jabal radhiyallahu ta'ala 'anhu, bagaimana memperhatikan skala prioritas dalam berdakwah. Beliau memulai bimbingannya agar para dai berdakwah kepada Tauhid Al-Uluhiyyah (Tauhid Ibadah).
* Dalil Ketiga | Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud radhiyallahu ta'ala 'anhu,
أن رسـول الله قـال: مَنْ مَاتَ وَهْوَ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ نِدًّا دَخَلَ النَّارَ ~ رواه البخاري
Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda, "Barangsiapa meninggal dunia sedangkan dia berdoa atau beribadah kepada selain Allah, sebagai Tuhan tandingan bagi Allah dia pasti masuk ke dalam Neraka."
(Hadits riwayat Al-Bukhari).
Barangsiapa mati dan dia beribadah atau berdoa kepada selain Allah, sebagai Tuhan tandingan bagi Allah dia pasti masuk ke dalam api Neraka. Karena dia mati dalam keadaan musyrik, mati dalam keadaan menyekutukan Allah dengan makhluknya.
* Dalil Keempat | Hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah radhiyallahu ta'ala 'anhuma.
أن رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: مَنْ لَقِيَ اللَّهَ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارِ ~رواه مسلم
Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak pernah menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, mati dalam keadaan tidak membawa dosa syirik, maka ia dijamin pasti masuk Surga karena dia termasuk golongan ahli Tauhid."
Namun sebaliknya kata Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam,
وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارِ
"Barangsiapa berjumpa dengan Allah yakni meninggal dunia dalam keadaan berbuat syirik kepada Allah, menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Maka dia pasti masuk ke dalam Neraka."
(Hadits shahih riwayat Muslim).
Hadits ini menunjukkan tentang ancaman keras dari Allah berupa hukuman yang sangat pedih bagi orang-orang yang berbuat syirik kepada Allah sampai mati dalam keadaan belum bertaubat.
Dan hadits-hadits semacam ini sangat banyak, namun para ulama penulis Kitab Ushul Iman fi Dha'il Kitabi wa as Sunnah (أصول الإيمان في ضوء الكتاب و السنة) mencukupkan dengan menyebutkan empat hadits (sebagai contoh saja).
Demikian pelajaran kita pada pertemuan kali ini tentang dalil-dalil syar'i dari Al-Qur'an maupun As-Sunnah yang menunjukkan wajibnya mentauhidkan Allah dalam Tauhid Al-Uluhiyyah atau Tauhid Ibadah.
وسبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
================================================================
[22.28, 16/8/2024] Farqim 1 Telkomsel: MATERI 15 : PENTINGNYA TAUHID ULUHIYYAH
📆 Jum'at, 06 Rabi'ul Awwal 1445 H/ 22 September 2023 M
👤 Ustadz Muhammad Wasitho, Lc., M.A.
📗 Aqidah : Modul 01
🌐 https://madeenah.bimbinganislam.com/
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
MADEENAH...
Belajar Islam dasar, dengan pemahaman yang benar
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين الذي أنزل شريعة الإسلام هُدًى لِلنَّاسِ ورحمة للعالمين أما بعد
Pentingnya Tauhid Al-Uluhiyyah atau Urgensi Tauhid Al-Uluhiyyah. Tidak diragukan lagi bahwasanya Tauhid Al-Uluhiyyah atau Tauhid Ibadah merupakan prinsip agama Islam yang paling agung, paling sempurna dan paling utama untuk mewujudkan kemaslahatan bagi umat manusia.
Tauhid Al-Uluhiyyah atau Tauhid Ibadah juga merupakan tujuan utama dan hikmah yang paling agung diciptakannya jin dan manusia.
Oleh karenanya Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan syari'at-syari'at-Nya kepada para Nabi dan Rasul untuk menegakkan dan mewujudkan Tauhid Al-Uluhiyyah.
Dengan adanya dan terwujudnya Tauhid Al-Uluhiyyah, maka kemaslahatan di muka bumi akan terwujud namun dengan hilangnya Tauhid Al-Uluhiyyah, tidak terwujudnya Tauhid Al-Uluhiyyah, maka yang terjadi adalah kerusakan dan keburukan.
Oleh karenanya para Nabi dan Rasul yang Allah utus kepada umat manusia, mereka memulai dakwahnya dengan Tauhid Al-Uluhiyyah atau Tauhid Ibadah.
Karena Tauhid Al-Uluhiyyah atau Tauhid Ibadah adalah intisari dari dakwah para Nabi dan Rasul, bahkan menjadi pondasi utama dakwah para Nabi dan Rasul.
Di antara dalil yang menunjukkan bahwa Tauhid Al-Uluhiyyah atau Tauhid Ibadah merupakan misi utama dakwah para Nabi dan Rasul adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam surat An-Nahl ayat 36.
وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَۖ
"Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang Rasul untuk menyerukan kepada kaumnya, beribadah kalian semua hanya kepada Allah dan jauhilah Thaghut'."
(QS. An-Nahl: 36).
Kemudian firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surat Al-Anbiyya ayat 25.
وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِيٓ إِلَيۡهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعۡبُدُونِ
"Dan sungguh Kami tidaklah mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu (Muhammad), melainkan Kami mewahyukan kepadanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Aku, maka hendaklah kalian (semua) beribadah hanya kepada-Ku."
(QS. Al-Anbiyya: 25).
Inilah beberapa dalil dari Al-Qur'an yang menunjukkan bahwa misi utama dakwah para Nabi dan Rasul adalah mewujudkan Tauhid Al-Uluhiyyah atau Tauhid Ibadah.
Dan di sana terdapat beberapa ayat dari Al-Qur'anul Karim yang menunjukkan bahwa Tauhid Al-Uluhiyyah merupakan perkara yang pertama kali diajarkan dan didakwahkan oleh para Nabi dan Rasul yang Allah utus kepada umat manusia.
Ketika mereka memulai dakwah, hal yang pertama kali mereka ajarkan dan dakwahkan pada kaumnya adalah Tauhid Al-Uluhiyyah yaitu mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Di antara dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam surat Al-A'raf ayat 59.
لَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوۡمِهِۦ فَقَالَ يَٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُۥٓ
"Sungguh Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu Nuh berkata, "Wahai kaumku, hendaklah kalian (semua) hanya beribadah kepada Allah, kalian tidak mempunyai sesembahan yang haq selain Allah."
(QS. Al-Arāf: 59).
Kemudian Allah juga berfirman di dalam surat Al-A'raf ayat 65.
وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمۡ هُودٗاۚ قَالَ يَٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُۥٓۚ
"Kemudian kata Allah, Kami mengutus kepada kaum 'Ad yaitu saudara mereka (Hud), dan Hud berkata, "Wahai kaumku, beribadahlah kalian semua (hanya) kepada Allah, kalian tidak mempunyai sesembahan yang hak selain Allah."
(QS. Al-Arāf: 65).
Dan di dalam surat Al-A'raf ayat 73, Allah berfirman:
وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمۡ صَٰلِحٗاۚ قَالَ يَٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُ
"Dan Kami mengutus kepada kaum Tsamud yaitu saudara mereka yang bernama Shalih, lalu Nabi Shalih berkata, "Wahai kaumku, beribadahlah kalian semua kepada Allah, kalian tidak mempunyai sesembahan yang haq selain Allah."
(QS. Al-A'rāf: 73).
Juga Allah ceritakan tentang Nabi Syu'aib dalam surat Al-A'raf ayat 85.
وَإِلَىٰ مَدۡيَنَ أَخَاهُمۡ شُعَيۡبٗاۚ قَالَ يَٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُۥۖ
"Dan Kami mengutus kepada kaum Madyan saudara mereka yang bernama Syu'aib, lalu dia berkata, "Wahai kaumku, beribadahlah kalian (semua) hanya kepada Allah, kalian tidak mempunyai sesembahan yang haq selain Allah."
(QS. Al-A'rāf: 85).
Inilah beberapa ayat Al-Qur'an yang menunjukkan kepada kita bahwa semua Nabi dan Rasul yang Allah utus kepada kaumnya, mereka memulai dakwahnya dengan Tauhid Al-Uluhiyyah. Mengajak umatnya agar senantiasa beribadah hanya kepada Allah dan menjauhi segala bentuk kekafiran dan kemusyrikan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Demikian pelajaran kita pada pertemuan kali ini.
وسبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
MATERI 16 : SEBAB PERMUSUHAN PARA NABI & RASUL DENGAN KAUMNYA
📆 Senin, 09 Rabi'ul Awwal 1445 H/25 September 2023 M
👤 Ustadz Muhammad Wasitho, Lc., M.A.
📗 Aqidah - Modul 01
🌐 https://madeenah.bimbinganislam.com/
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
MADEENAH...
Belajar Islam dasar, dengan pemahaman yang benar
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين الذي أنزل شرعة الإسلام هُدًى لِلنَّاسِ ورحمة للعالمين أما بعد
Sebab utama terjadinya permusuhan dan pertengkaran antara para Nabi dan juga Rasul dengan kaumnya adalah (karena) disebabkan Tauhid Al-Uluhiyyah atau Tauhid Ibadah.
Hal ini karena para Nabi dan Rasul, mereka mengajak kaumnya untuk beribadah hanya kepada Allah, mengikhlaskan ibadah dan ketaatan hanya untuk Allah. Sedangkan mereka (kaumnya) senantiasa berada di atas kesyirikan, senantiasa menyembah berhala-berhala atau Tuhan-Tuhan selain Allah. Kecuali mereka yang mendapat hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Tentunya ini dua hal yang bertolak belakang, dua hal yang saling bertentangan. Para Nabi dan Rasul mengajak kepada Tauhid sedangkan kaumnya senantiasa ingin berada di atas Kemusyrikan yang merupakan lawan dari Tauhid.
Di antara dalil yang menunjukkan telah terjadinya pertengkaran dan permusuhan di antara para Nabi dan Rasul dengan kaumnya yang disebabkan karena dakwah kepada Tauhid Al-Uluhiyyah.
Di antaranya firman Allah Ta'ala tentang kaum Nabi Nuh alayhissallam. Allah Ta'ala berfirman, menceritakan tentang kaum Nabi Nuh alayhissallam di mana mereka mengatakan di dalam surat Nuh ayat 23 sampai 24.
وَقَالُواْ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمۡ وَلَا تَذَرُنَّ وَدّٗا وَلَا سُوَاعٗا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسۡرٗا ۞ وَقَدۡ أَضَلُّواْ كَثِيرٗاۖ وَلَا تَزِدِ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا ضَلَٰلٗا {نوح:٢٣-٢٤}
Mereka (kaum Nabi Nuh) mengatakan, "Janganlah kalian meninggalkan Tuhan-Tuhan yang kalian sembah, jangan pula kalian meninggalkan peribadatan kepada Tuhan yang bernama Wadd atau Suwa’, Yaghuṡ, Ya`uq, dan Nasr (mereka adalah nama Tuhan yang mereka sembah)."
وَقَدۡ أَضَلُّواْ كَثِيرٗاۖ
"Mereka telah menyesatkan kebanyakan manusia.
وَلَا تَزِدِ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا ضَلَٰلٗا
Dan ini tidaklah menambah kezhaliman atau tidak menambah orang-orang zhalim kecuali kesesatan."
Ayat ini menunjukkan dengan jelas bahwasanya umat atau kaum para Nabi dan Rasul, mereka lebih menyukai perbuatan syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta'aala. Mereka lebih senang untuk menyembah Tuhan-Tuhan selain Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Dalil yang lain yaitu firman Allah yang menceritakan tentang kaum Nabi Hud alayhissalam, di mana mereka berkata kepada Nabi Hud,
قَالُوٓاْ أَجِئۡتَنَا لِتَأۡفِكَنَا عَنۡ ءَالِهَتِنَا فَأۡتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ إِن كُنتَ مِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ {الأحقاف: ٢٢}
Kaum Nabi Hud yaitu kaum 'Ad berkata kepada Nabi Hud, "Wahai Hud, apakah engkau datang kepada kami agar engkau memalingkan kami dari menyembah Tuhan-Tuhan kami? Jika engkau benar datangkan kepada kami dengan apa yang engkau janjikan kepada kami."
Ini ucapan kaum 'Ad (kaumnya Nabi Hud), maka dari itu datangkanlah kepada kami dengan apa yang telah engkau janjikan kepada kami, jika engkau termasuk orang-orang yang jujur (orang-orang yang benar).
Kemudian Allah juga menceritakan tentang perkataan kaum Nabi Shalih (kaum Tsamud),
{قَالُواْ يَٰصَٰلِحُ قَدۡ كُنتَ فِينَا مَرۡجُوّٗا قَبۡلَ هَٰذَآۖ أَتَنۡهَىٰنَآ أَن نَّعۡبُدَ مَا يَعۡبُدُ ءَابَآؤُنَا وَإِنَّنَا لَفِي شَكّٖ مِّمَّا تَدۡعُونَآ إِلَيۡهِ مُرِيبٖ {هود: ٦٢)
Kaum Tsamud berkata kepada Nabi Shalih 'alaihissalam, Mereka berkata,
"Wahai Shalih, sungguh engkau sebelum ini (maksudnya sebelum berdakwah kepada Tauhid Al-Uluhiyyah atau Tauhid Ibadah) engkau termasuk orang yang kami harapkan. Apakah engkau melarang kami untuk beribadah atau menyembah kepada Tuhan-Tuhan yang telah disembah oleh nenek moyang kami? Sesungguhnya kami betul-betul merasa ragu terhadap apa yang engkau dakwahkan kepada kami." (QS. Hud: 62).
Ini beberapa ayat Al-Qur'an yang Allah sebutkan dan Allah ceritakan tentang kaum para Nabi terdahulu, (kaum Nabi Nuh, kaum Nabi Hud, kaum Nabi Shalih) yang mana mereka menentang dakwah Tauhid, dakwah yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul.
Karena memang dakwah Tauhid Al-Uluhiyyah bertentangan dengan tradisi dan keyakinan mereka, yaitu berupa kekafiran dan kemusyrikan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Oleh karenanya di dalam surat Shad ayat 4 sampai 7. Allah menceritakan bagaimana orang-orang musyrikin Quraisy memusuhi Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam, padahal sebelumnya mereka memuji dan mengagungkan Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam bahkan mereka menggelari Muhammad bin Abdillah sebagai orang yang terpercaya, orang yang amanah (محمد الأمين).
Namun tatkala Rasulullah, Nabi kita Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam diangkat oleh Allah sebagai Nabi dan Rasul, lalu beliau memulai dakwah mengajak manusia (kaumnya) untuk beribadah hanya kepada Allah, mewujudkan Tauhid Al-Uluhiyyah.
Maka mereka pun mulai memberikan pertentangan dan permusuhan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam.
Mereka menolak dengan keras dakwah Tauhid, Allah ceritakan perkataan dan sikap orang-orang musyrikin Quraisy kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam.
وَعَجِبُوٓاْ أَن جَآءَهُم مُّنذِرٞ مِّنۡهُمۡۖ وَقَالَ ٱلۡكَٰفِرُونَ هَٰذَا سَٰحِرٞ كَذَّابٌ ۞ أَجَعَلَ ٱلۡأٓلِهَةَ إِلَٰهٗا وَٰحِدًاۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَيۡءٌ عُجَابٞ {ص:٤ -٥}
Dan kata Allah, "Mereka merasa heran atau terkejut tatkala datang kepada mereka seorang yang memberikan peringatan dari golongan mereka sendiri, maksudnya Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam". Lalu orang-orang kafir (musyrikin Quraisy) berkata tentang Nabi Muhammad, "Ini ada tukang sihir yang pendusta".
Mereka menggelari Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam sebagai سَٰحِرٞ كَذَّابٌ (tukang sihir yang pendusta).
Apakah Muhammad ingin menjadikan Tuhan-Tuhan kami yang banyak menjadi satu tuhan saja?
إِنَّ هَٰذَا لَشَيۡءٌ عُجَابٞ
"Sesungguhnya ini sesuatu yang tidak mungkin bagi mereka."
Mengherankan kata mereka, tidak mungkin mereka akan meninggalkan Tuhan-Tuhan yang banyak lalu menyembah kepada Tuhan yang Maha Esa yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Ini bukti bahwa mereka menolak dan menentang dakwah Tauhid, sehingga terjadilah pertengkaran dan permusuhan antara para Nabi dan Rasul dengan kaumnya yang disebabkan karena dakwah Tauhid Al-Uluhiyyah.
Para Nabi dan Rasul mengajak manusia untuk mewujudkan عْبُدَ اللَّهَ وَحْدَهُ (beribadah hanya kepada Allah, mentauhidkan Allah) sedangkan umatnya, mereka lebih senang untuk menyembah Tuhan-Tuhan yang banyak Tuhan-Tuhan selain Allah yang jumlahnya banyak.
Kemudian di antara dalil yang menunjukkan bahwa sebab terjadinya pertengkaran, pertentangan dan permusuhan antara para Nabi dan Rasul dengan kaumnya adalah disebabkan Tauhid Al-Uluhiyyah atau Tauhid Ibadah, adalah sabda Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam dalam hadits shahih sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim dalam Kitab Shahihnya.
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَق الْإِسْلَام وحسابهم على الله.
Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda yang artinya,
"Aku telah diperintahkan oleh Allah untuk memerangi manusia sehingga mereka bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, sehingga mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat. Apabila mereka telah mengerjakan itu semua (telah masuk Islam, mendirikan shalat, menunaikan zakat) maka sungguh mereka telah memelihara darah-darah dan harta benda mereka dariku, kecuali dengan haknya Islam dan hisab mereka terserah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala." (HR. Bukhari dan Muslim)
Di dalam hadits yang lain, Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam pernah bersabda sebagaimana riwayat Imam Muslim dalam Kitab Shahihnya.
مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ وَحِسَابُهُ عَلَى اللَّه
Kata Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam yang artinya,
"Barangsiapa siapa yang telah mengucapkan La ilaha illallah (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan ia ingkar atau kafir terhadap segala sesuatu yang disembah selain Allah. Maka harta dan darahnya telah terpelihara, tidak boleh ditumpahkan dan perhitungan mereka diserahkan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala." (HR. Imam Muslim)
Inilah beberapa contoh dalil dari hadits yang menunjukkan bahwa terjadinya permusuhan, pertengkaran dan peperangan antara para Nabi dan Rasul dengan kaumnya adalah karena disebabkan oleh Tauhid Al-Uluhiyyah dan juga disebabkan terjadinya kesyirikan yang merupakan lawan daripada Tauhid Al-Uluhiyyah.
Demikian pelajaran kita pada pertemuan kali ini, semoga bisa dipahami dengan baik dan benar, menjadi ilmu yang bermanfaat, ilmu yang akan meningkatkan kualitas Iman dan Takwa kita kepada Allah.
Ilmu yang akan membuahkan amal shalih, Ilmu yang akan menuntut kita ke jalan keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Demikian pelajaran kita pada pertemuan kali.
وسبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
=========================================================
[22.28, 16/8/2024] Farqim 1 Telkomsel: MATERI 17 : MAKNA IBADAH DAN RUKUNNYA
📆 Selasa, 10 Rabi'ul Awwal 1445 H/ 26 September 2023 M
👤 Ustadz Muhammad Wasitho, Lc., M.A.
📝 Aqidah - Modul 01
🌐 https://madeenah.bimbinganislam.com/
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
MADEENAH...
Belajar Islam dasar, dengan pemahaman yang benar
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين الذي أنزل شرعة الإسلام هُدًى لِلنَّاسِ ورحمة للعالمين أما بعد
Makna Ibadah dan Rukun-rukun Ibadah.
Di dalam bahasa Arab, Ibadah artinya الذل و الخضوع.
العبادة في اللغة : الذل و الخضوع.
Secara bahasa Ibadah artinya adalah kerendahan dan ketundukan.
يقال: بعير معبد أي: مذلل
Ba'irun Mu'abad artinya unta yang direndahkan, ditundukan.
Wat thariqun mu'abad (وطريق معبد) artinya jalan yang direndahkan apabila telah diinjak oleh kaki-kaki manusia.
Jadi ini arti Ibadah secara bahasa Arab adalah Kerendahan dan Ketundukan.
Sedangkan makna Ibadah menurut istilah syar'i yaitu,
هي اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه من الأقوال والأعمـال الظاهرة والباطنة.
Suatu nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah, baik berupa perkataan maupun perbuatan yang nampak maupun yang tidak nampak.
Definisi ini merupakan definisi yang dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu ta'ala. Dan ini adalah definisi Ibadah yang lengkap (komprehensif)جامع مَعْنًى.
Kemudian Ibadah memiliki tiga rukun atau dengan kata lain Ibadah itu apa saja yang dikerjakan oleh seorang hamba, dibangun di atas tiga rukun.
Apakah ibadah shalat, puasa, haji, umrah, dakwah, menimba ilmu, sedekah, taubat, atau ibadah-ibadah lainnya. Itu semua dibangun di atas tiga rukun.
كمال الحب للمعبود سبحانه
⑴ Kesempurnaan rasa cinta kepada Allah sesembahan yang haq.
Rukun pertama dari rukun Ibadah adalah kesempurnaan rasa cinta kepada Allah yang disembah dengan haq (المعبود)
Apa dalilnya?
Bahwasanya Ibadah dibangun atas dasar kecintaan kepada Allah, cinta yang sempurna kepada Allah yang disembah.
Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 165.
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبّٗا لِّلَّهِ
"Orang-orang yang beriman lebih cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala."
(QS.Al-Baqarah:165).
Kecintaannya sangat besar kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Ayat ini menunjukkan bahwa Ibadah wajib dibangun atas dasar rasa cinta yang besar kepada المعبود, kepada Allah sesembahan yang haq.
كمال الرجاء
⑵ Rasa berharap yang sempurna.
Harapan yang sempurna, ketika kita beribadah kepada Allah dengan ibadah apapun, wajib dibangun dengan rasa berharap dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, mengharapkan pahala Allah Subhanahu wa Ta'āala, mengharapkan ridha Allah, mengharapkan Surga Allah.
Apa dalilnya? Dalilnya firman Allah di dalam surat Al-Isra ayat 57.
وَيَرۡجُونَ رَحۡمَتَهُ
"Mereka orang-orang yang beriman senantiasa mengharapkan rahmat Allah, Kasih sayang dan kebaikan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala ketika mereka beribadah kepada-Nya."
(QS. Al-Isra: 57).
كمال الخوف من الله سبحانه
⑶ Rasa takut yang sempurna dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Kesempurnaan rasa takut pada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Ketika kita beribadah kepada Allah wajib membangunnya atas dasar takut terhadap murka Allah, rasa takut terhadap adzab Allah yang sangat pedih.
Apa dalilnya?
Dalilnya Firman Allah dalam surat Al-Isra ayat 57.
وَيَخَافُونَ عَذَابَهُۥٓۚ
"Dan mereka senantiasa merasa takut terhadap adzab (siksa Allah) yang sangat pedih."
(QS. Al-Isra : 57).
Inilah tiga rukun Ibadah yang semestinya seorang hamba mewujudkan tiga rukun tersebut dalam setiap Ibadah yang dikerjakannya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menggabungkan penyebutan tiga rukun Ibadah tersebut di dalam surat Al-Fatihah, yaitu firman Allah yang berbunyi:
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ۞ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ۞ مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ
* Ayat yang pertama ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Dalam ayat ini terkandung rasa cinta kepada Allah (محبة الله ﷻ).
Karena sesungguhnya Allah adalah dzat yang memberikan nikmat dan dzat yang senantiasa memberikan nikmat selalu dicintai sesuai dengan kadar pemberi nikmatnya.
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
"Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam."
(QS. Al-Fatehah:1).
Ayat ini mengandung rasa cinta kepada Allah.
* Ayat yang kedua, ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Di dalamnya terkandung sifat Ar-Raja' (rasa berharap) ketika kita beribadah kepada Allah, maka senantiasa berharap terhadap rahmat-Nya yang sangat luas, kasih sayang dan kebaikan Allah yang begitu besar yang dilimpahkan kepada para hamba-Nya.
Dzat yang selalu tersifati dengan sifat Rahmah akan senantiasa diharapkan rahmat-Nya, diharapkan kasih sayang dan kebaikan-Nya oleh para hamba.
* Ayat yang ketiga, مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ Pemilik hari pembalasan, di dalam ayat tersebut terkandung rasa takut kepada Allah, karena dzat yang memiliki hari pembalasan dan penghitungan ditakuti adzabnya yang sangat pedih.
Oleh karenanya setelah menyebutkan tiga ayat tersebut Allah berfirman إِيَّاكَ نَعۡبُدُ hanya kepada-Mu kami beribadah.
Maksudnya apa?
أعبدك يا رب هـذه الثلاث
"Ya Allah, aku beribadah kepadamu."
"Wahai Rabb-Ku, aku menyembah-Mu dengan tiga rukun ini (rasa cinta, rasa berharap dan rasa takut)."
Aku beribadah kepada-Mu, dengan kecintaan kepada Allah, sebagaimana ditunjukkan dengan firman-Nya ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ.
Aku juga beribadah kepada-Mu dengan dasar rasa berharap kepada-Mu yang ditunjukkan dengan ayat ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ. Dan aku juga beribadah kepada-Mu dengan rasa takut terhadap-Mu yang ditunjukkan oleh firman-Nya مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ.
Inilah tiga rukun Ibadah yang wajib ditunaikan dan diwujudkan di dalam setiap Ibadah yang kita kerjakan agar setiap Ibadah kita menjadi sempurna.
Demikian pelajaran kita pada pertemuan kali ini, semoga bisa dipahami dengan baik dan benar serta menjadi Ilmu yang bermanfaat, Ilmu yang akan meningkatkan kualitas Iman dan Takwa kita kepada Allah, serta membuahkan amal yang shalih.
وسبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
[22.28, 16/8/2024] Farqim 1 Telkomsel: 🔊 MATERI 18 : SYARAT DITERIMANYA AMAL IBADAH
📆 Rabu, 11 Rabi'ul Awwal 1445 H/ 27 September 2023 M
👤 Ustadz Muhammad Wasitho, Lc., M.A.
📗 Aqidah : Modul 01
🌐 https://madeenah.bimbinganislam.com/
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
MADEENAH...
Belajar Islam dasar, dengan pemahaman yang benar
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين الذي أنزل شريعة الإسلام هُدًى لِلنَّاسِ ورحمة للعالمين أما بعد
Adapun pembahasan kita pada pertemuan kali ini adalah tentang syarat-syarat diterimanya amal Ibadah.
Ibadah apapun yang dikerjakan oleh seorang hamba tidak akan sah dan diterima oleh Allah kecuali apabila telah terpenuhi dan telah terwujud syarat-syaratnya dengan sempurna.
Apa saja syarat-syaratnya?
Di sini ada dua syarat utama diterimanya amal ibadah.
الإخلاص فيها للمعبود
* Syarat Pertama | Mengikhlaskan Ibadah hanya karena Allah Tuhan sesembahan yang haq.
Apa itu Ikhlas?
Ikhlas adalah seorang hamba mengerjakan suatu ibadah atau amal shalih dengan niat dan tujuan hanya mengharap pahala, hanya mengharap wajah Allah, hanya mengharap ridha Allah dan Surga-Nya saja. Tidak ada riya', tidak ada sum'ah dan tidak ada kepentingan duniawi.
Inilah yang disebut dengan ikhlas dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Oleh karenanya, Allah Subhanahu wa Ta'ala tidaklah menerima suatu amal ibadah apapun dari seorang hamba, kecuali Ibadah yang dikerjakannya dengan niat ikhlas karena Allah, ikhlas hanya mengharapkan wajah Allah semata.
Apa dalilnya?
Dalilnya firman Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam surat Al-Bayyinah ayat 5.
وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ
"Dan mereka tidaklah diperintahkan oleh Allah melainkan agar mereka beribadah hanya kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan hanya untuk Allah."
(QS. Al-Bayyinah: 5).
Ayat ini menunjukkan dengan jelas tentang wajibnya ikhlas karena Allah dalam beribadah, dalam mengerjakan amal shalih.
Dalil yang lain firman Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam surat Az-Zumar ayat 3.
أَلَا لِلَّهِ ٱلدِّینُ ٱلۡخَالِصُۚ
"Ketahuilah hanya milik Allah agama atau ketaatan yang murni."
(QS. Az-Zumar: 3).
Kemudian dalil lain, firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surat Az-Zumar ayat 14.
قُلِ ٱللَّهَ أَعۡبُدُ مُخۡلِصٗا لَّهُۥ دِينِي
"Katakanlah wahai Muhammad, Hanya kepada Allah aku menyembah dengan mengikhlaskan agamaku untuk-Nya."
(QS. Az-Zumar: 14).
Ayat-ayat ini menunjukkan dengan jelas tentang wajibnya ikhlas dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Barangsiapa yang tidak ikhlas dalam beribadah kepada-Nya, maka ibadahnya tidak sah dan tidak akan diterima oleh Allah."
المتابعة للرسول صلى الله عليه وسلم
* Syarat Kedua | Ber'ittiba', mengikuti dan meneladani petunjuk dan tuntunan Rasulullah Shallallahu 'Alayhi wa Sallam.
Ini syarat kedua di antara syarat sah dan syarat diterimanya amal ibadah. Yaitu senantiasa ber'ittiba', mengikuti dan meneladani tuntunan dan petunjuk Rasulullah Shallallahu 'Alayhi wa Sallam.
Karena sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal ibadah apapun kecuali yang sesuai dengan petunjuk dan tuntutan Rasulullah Shallallāhu 'Alayhi wa Sallam.
Apa dalil bahwa Ibadah yang dikerjakan oleh seorang hamba tidak sah dan tidak diterima oleh Allah kecuali jika mengikuti dan meneladani petunjuk Nabi Shallallahu 'Alayhi wa Sallam?
Yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam surat Al-Hasyr ayat 7.
وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُواْۚ
"Apa saja yang diajarkan oleh Rasul kepada kalian, maka ambillah (terimalah) dan apa saja yang dilarang oleh Rasul darinya maka tinggalkanlah."
(QS. Al-Hasyr: 7).
Dalil kedua firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surat An-Nisaa ayat 65.
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤۡمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيۡنَهُمۡ ثُمَّ لَا يَجِدُواْ فِيٓ أَنفُسِهِمۡ حَرَجٗا مِّمَّا قَضَيۡتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسۡلِيمٗا
"Maka demi Tuhan-Mu, mereka tidaklah beriman sehingga mereka berhukum kepada-Mu di dalam apa yang mereka perselisihkan di antara mereka. Kemudian mereka tidak mendapatkan di dalam jiwa mereka suatu keberatan terhadap apa yang telah engkau putuskan wahai Muhammad dan menerimanya dengan sepenuh hati."
(QS. An-Nisa': 65).
Ayat-ayat ini menunjukkan dengan jelas dan gamblang bahwasanya beribadah kepada Allah wajib dengan cara ber'ittiba', mengikuti petunjuk dan tuntunan Rasulullah Shallallāhu 'Alayhi wa Sallam.
Dalil dari hadits tentang wajibnya ber'ittiba' kepada Nabi Shallallāhu 'Alayhi wa Sallam agar ibadah yang dikerjakan oleh seorang hamba menjadi sah dan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, tidak batal dan tidak ditolak. Yaitu hadits yang riwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab Shahihnya.
Rasulullah Shallallāhu 'Alayhi wa Sallam bersabda:
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رد
"Barangsiapa yang membuat perkara baru di dalam urusan agama kami, yang mana perkara baru tersebut tidak ada tuntunannya dari kami, maka ia tertolak."
(HR. Muslim no.1718 & Bukhari, no.2697).
Maksudnya tidak diterima oleh Allah _Subhanahu wa Ta'ala.
Dalam riwayat lain, Nabi Shallallahu 'Alayhi wa Sallam bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
"Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan ibadah yang tidak ada tuntunannya dari ajaran agama Kami, maka amalan ibadah tersebut ditolak oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala."
(Hadits shahih riwayat Muslim no. 1718).
Maka Ibadah apapun, amal shalih apapun, tidak akan sah dan diterima oleh Allah selama tidak dikerjakan dengan niat ikhlas karena Allah dan tidak sesuai dengan petunjuk, tuntunan Rasulullah_ Shallallahu 'Alayhi wa Sallam._
Seorang ulama dari generasi Salafush Shalih, generasi Tabi'ut Tabi'in yang bernama Al-Fudhail ibnu Iyyadh rahimahullahu ta'ala, ketika menjelaskan firman Allāh Subhanahu wa Ta'ala dalam surat Al-Mulk ayat 2.
لِیَبۡلُوَكُمۡ أَیُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلࣰاۚ
"Supaya Allah menguji kalian! Siapa di antara kalian yang paling bagus amalannya."
(QS. Al-Mulk: 2).
Apa kata beliau?
Kata Al-Fudhail ibnu Iyyadh menafsirkan:
أَحۡسَنُ عَمَلࣰاۚ : أي : أخلصه وأصوبه
Yaitu amal yang paling ikhlas dan paling benar.
Ada seseorang yang bertanya kepada beliau (Fudhail ibnu Iyyadh),
يا أبا علي، وما أخلصـه وأصوبه ؟
Wahai Aba Ali, "Apa yang dimaksud dengan yang paling ikhlas dan yang paling benar?"
Maka beliau rahimahullah menjawab:
إن العمل إذا كان خالصا ولم يكن صوابا لم يقبـل
"Sesungguhnya amal ibadah apapun, apabila dikerjakan dengan niat ikhlas karena Allah namun caranya tidak benar, maka amal ibadah tersebut tidak akan diterima oleh Allah.
وإذا كان صوابا ولم يكن خالصا لم يقبل
Demikian pula apabila amal ibadah tersebut dikerjakan dengan cara yang benar tetapi niatnya tidak ikhlas, maka juga tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
حتى يكون خالصا صوابا
Sampai amal ibadah tersebut dikerjakan dengan niat ikhlas dan dengan cara yang benar.
والخالص مـا كان لله، والصواب ما كان على السنة
Amalan yang ikhlas adalah amalan-amalan yang diniatkan karena Allah, sedangkan amalan yang benar adalah amalan-amalan yang dikerjakan sesuai dengan sunnah atau tuntunan dan petunjuk Rasulullah Shallallāhu 'Alayhi wa Sallam."
Inilah dua syarat utama diterimanya amal Ibadah yang dikerjakan oleh seorang muslim dan muslimah.
Di antara ayat-ayat Al-Qur'an yang telah menggabungkan dua syarat diterimanya amal tersebut, yaitu firman Allah di akhir surat Al-Kahfi ayat 110.
قُلۡ إِنَّمَاۤ أَنَا۠ بَشَرࣱ مِّثۡلُكُمۡ یُوحَىٰۤ إِلَیَّ أَنَّمَاۤ إِلَـٰهُكُمۡ إِلَـٰهࣱ وَ ٰحِدࣱۖ فَمَن كَانَ یَرۡجُوا۟ لِقَاۤءَ رَبِّهِۦ فَلۡیَعۡمَلۡ عَمَلࣰا صَـٰلِحࣰا وَلَا یُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦۤ أَحَدَۢا
Katakanlah wahai Muhammad, "Sesungguhnya aku ini hanyalah manusia biasa seperti kalian yang telah diwahyukan kepadaku oleh Allah,
(QS. Al-Kahfi :110).
أَنَّمَاۤ إِلَـٰهُكُمۡ إِلَـٰهࣱ وَ ٰحِدࣱۖ
Sesungguhnya Tuhan sesembahan kalian hanyalah Tuhan yang Maha Esa yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Maka barangsiapa yang berharap berjumpa dengan Rabb-Nya, maka hendaknya ia mengerjakan amalan shalih dan janganlah ia menyekutukan Tuhannya atau menyekutukan dalam beribadah kepada Tuhannya dengan sesuatu apapun."
Inilah salah satu ayat yang telah menyebutkan dan menggabungkan dua syarat utama diterimanya amal Ibadah, yaitu:
√ Wajibnya ikhlas karena Allah.
√ Wajibnya mengerjakan ibadah sesuai dengan tuntunan dan petunjuk Rasulullah Shallallāhu 'Alayhi wa Sallam.
Mudah-mudahan apa yang telah kita jelaskan bisa dipahami dengan baik dan benar kemudian menjadi ilmu yang bermanfaat, ilmu yang akan meningkatkan kualitas Iman dan Takwa kita kepada Allah.
Ilmu yang akan membuahkan amal shalih serta menuntun kita ke jalan keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
وسبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
===========================================================
[22.28, 16/8/2024] Farqim 1 Telkomsel: MATERI 19 : JENIS-JENIS IBADAH Bag.1 (Do'a)
📆 Kamis, 12 Rabi'ul Awwal 1445 H/ 28 September 2023 M
👤 Ustadz Muhammad Wasitho, Lc., M.A.
📗 Aqidah : Modul 01
🌐 https://madeenah.bimbinganislam.com/
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
MADEENAH...
Belajar Islam dasar, dengan pemahaman yang benar
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين الذي أنزل شريعة الإسلام هُدًى لِلنَّاسِ ورحمة للعالمين أما بعد
Maka pada pertemuan kali ini kita akan menyebutkan beberapa contoh atau jenis ibadah yang disyari'atkan di dalam agama Islam. Di antaranya adalah;
⑴ Doa (الدعاء)
Berdoa artinya memohon atau meminta.
دَعَا - يَدْعُوْ ؛ اَيْ سَأَلَ- يَسْأَلُ
Di dalam agama Islam para ulama menjelaskan bahwa doa itu ada dua macam.
① Doa mas'alah atau doa permohonan,
② Doa dalam bentuk ibadah kepada Allah.
① Doa mas'alah atau doa berupa permohonan hamba kepada Allah, yakni seorang hamba meminta kepada Allah segala hajat atau kebutuhannya, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi.
Meminta kesehatan, meminta rezeki kepada Allah, lapang dan berkah, meminta keturunan yang shalih dan shalihah, meminta kepada Allah agar dilindungi dari segala keburukan dan orang-orang yang buruk, dan lain sebagainya.
Sedangkan hajat ukhrawi seperti meminta kepada Allah agar dilindungi dari siksa kubur, dilapangan kuburnya, dilindungi dari api Neraka, kemudian diselamatkan dari berbagai penyimpangan-penyimpangan dalam beragama, meminta kepada Allah agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat, pemahaman yang lurus tentang Diinul Islam, meminta kepada Allah agar dimasukan ke dalam Surga.
Ini adalah maslahat ukhrawi yang bersifat agama atau syar'i. Ini adalah contoh daripada doa mas'alah atau doa berupa permohonan.
Dalam Al-Qur'an contohnya banyak,seperti firman Allah atau doa Nabi Shallallahu 'Alayhi wa Sallam di mana Beliau pernah berdoa kepada Allah dan mengucapkan:
اللهم رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
"Ya, Allah, anugerahkan atau berikan kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari siksa Neraka." (QS. Al-Baqarah: 201).
Ini contoh doa mas'alah atau doa permohonan.
② Doa dalam bentuk ibadah, yakni seorang hamba melakukan ibadah-ibadah kepada Allah dengan ibadah-ibadah yang telah disyari'atkan-Nya.
Contoh:
Seorang hamba mengerjakan shalat lima waktu ditambah dengan shalat sunnah, seorang hamba mengerjakan puasa Ramadhan ditambah dengan puasa sunnah, seorang hamba membaca Al-Qur'an, menghapal Al-Qur'an, seorang hamba menuntut ilmu agama, mengajarkannya dan mendakwahkannya, seorang hamba berdzikir, beristighfar, menghadiri majelis ilmu, seorang hamba bersedekah.
Ini adalah ibadah-ibadah yang dikerjakan oleh seorang hamba dan pada hakikatnya dia sedang berdoa kepada Allah, pada hakikatnya dia sedang berdoa dengan perbuatannya. Sedang meminta kepada Allah agar Allah menerima ibadah-ibadahnya, agar Allah memberinya pahala, agar Allah melindungi dari api Neraka, agar Allah memasukkannya ke dalam Surga.
Maka dia meminta dengan perbuatannya.
Meminta kepada Allah segala hajat dan maslahat dunia akhirat dengan perbuatannya yaitu beribadah. Maka disebut الدعاء العبادة.
Dan apa yang sedang kita kerjakan pada saat ini yakni mendengarkan ilmu atau mendengar kajian ini merupakan bentuk daripada doa ibadah.
Dalil yang menunjukkan bahwa doa termasuk ibadah yang disyari'atkan oleh Allah kepada hamba-hamba yang beriman adalah firman Allah dalam surat Ghafir ayat 14.
Allah Ta'ala berfirman:
فَٱدۡعُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡكَٰفِرُونَ
"Maka hendaklah kalian berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan hanya untuk-Nya." (QS. Ghafir: 14).
Ini salah satu dalil tentang Ibadah, bahwa doa merupakan Ibadah.
Dalil lain yang menunjukkan bahwa doa merupakan bagian dari Ibadah yang Allah syari'at, yaitu firman Allah di dalam surat Al-Jinn ayat 18.
Allah Ta'ala berfirman:
وَأَنَّ ٱلۡمَسَٰجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدۡعُواْ مَعَ ٱللَّهِ أَحَدٗا
"Dan bahwasanya masjid-masjid itu milik Allah, maka janganlah kalian berdoa (menyembah) apa pun bersamaan dengan menyembah Allah" (QS. Al-Jinn: 18).
Jangan berdoa kepada siapapun bersama Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Ayat ini juga menunjukkan bahwa doa merupakan Ibadah dan Ibadah apapun tidak boleh diberikan kepada selain Allah.
Jangan berdoa kepada selain Allah..!
Karena selain Allah, siapa pun dia, apakah malaikat, Nabi, Rasul, wali atau orang shalih atau selainnya. Mereka semua adalah makhluk ciptaan Allah.
Tidak berhak untuk diberikan kepadanya satu macam dari macam-macam Ibadah termasuk diberikan kepadanya doa. Ini semua dilarang dalam Islam.
Dalil lain firman Allah dalam surat Al-Ahqaf ayat 5, yaitu firman Allah:
وَمَنۡ أَضَلُّ مِمَّن يَدۡعُواْ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَن لَّا يَسۡتَجِيبُ لَهُۥٓ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِ وَهُمۡ عَن دُعَآئِهِمۡ غَٰفِلُونَ ۞ وَإِذَا حُشِرَ ٱلنَّاسُ كَانُواْ لَهُمۡ أَعۡدَآءٗ وَكَانُواْ بِعِبَادَتِهِمۡ كَٰفِرِينَ
"Dan kata Allah, siapakah orang yang lebih sesat daripada orang-orang yang berdoa kepada selain Allah yang tidak mampu mengabulkan doanya sampai hari Kiamat. Sedangkan mereka (orang-orang yang dimintai doa) lalai terhadap doa mereka. Dan apabila manusia dikumpulkan oleh Allah di padang Mahsyar pada hari Kiamat, maka Tuhan-Tuhan atau orang-orang yang dimintai doa tersebut akan menjadi musuh bagi mereka. Dan mereka akan mengingkari peribadatan mereka." (QS. Al-Ahqaf: 5-6).
Ayat ini, juga menunjukkan kepada kita bahwa doa adalah Ibadah dan Ibadah wajib diberikan dan ditunjukkan hanya kepada Allah. Tatkala ibadah (doa) diberikan kepada selain Allah, maka doa tersebut tidak mungkin dikabulkan atau dipenuhi oleh orang yang dimintai doa, karena mereka tidak memiliki kemampuan sedikit pun untuk mengabulkan permohonan-permohonan orang-orang yang berdoa kepada mereka.
Bahkan orang-orang yang dipertuhankan, yang disembah, yang dimintai hajat-hajat, nanti di hari Kiamat mereka menjadi musuh dan menentang serta mengingkari doa-doa mereka.
Ini beberapa dalil dari Al-Qur'anul Karim yang menunjukkan bahwa doa termasuk macam-macam Ibadah yang disyari'atkan dalam Islam dan wajib diberikan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Maka barangsiapa yang berdoa kepada selain Allah, barangsiapa yang memohon hajat atau kepentingan kepada selain Allah. Apakah meminta harta, meminta kesembuhan dari penyakit, meminta jodoh, meminta keturunan, atau yang lainnya.
Meminta kepada makhluk yang tidak mampu mengerjakannya kecuali Allah.
Barangsiapa yang berdoa, meminta kepada selain Allah dalam perkara-perkara yang tidak mampu dikerjakan oleh siapapun kecuali Allah, maka dia adalah orang musyrik yang kafir.
Musyrik adalah orang yang telah menyekutukan Allah dengan makhluknya dan kafir keluar dari agama Islam, telah batal imannya.
Apakah yang doai atau diminta doa tersebut masih hidup atau sudah mati. Nabi, wali, orang-orang shalih yang masih hidup ataupun yang telah meninggal dunia. Jadi ini menunjukkan bahwa doa wajib diberikan (ditujukan) hanya kepada Allah.
Maka barangsiapa yang berdoa kepada selain Allah meminta hajat kepada selain Allah dalam perkara-perkara yang tidak dimampui oleh makhluk kecuali Allah, maka dia menjadi orang musyrik yang kafir, keluar dari agama Islam, batal imannya, terhapus pahala amal ibadahnya.
Adapun jika meminta kepada orang lain.
Adapun hukum meminta kepada orang lain dalam perkara-perkara yang mampu dikerjakan oleh makhluk. Seperti meminta diberikan makanan atau minuman, meminta diantar ke dokter, meminta kepada orang lain agar dibelikan obat, meminta kepada teman agar ditemani dalam perjalanan safar, dan itu memang perkara yang mampu dikerjakan oleh makhluk, maka hukumnya boleh.
Tidak apa-apa, dan tidak merusak Islam, tidak membatalkan Iman dan tidak mengurangi kesempurnaan Tauhid.
Demikian pelajaran kita pada pertemuan kali ini.
وسبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
===============================================================
MATERI 20 : JENIS-JENIS IBADAH Bag.2 (Cinta, Takut, Berharap)
📆 Jumat, 13 Rabi'ul Awwal 1445 H/ 29 September 2023 M
👤 Ustadz Muhammad Wasitho, Lc., M.A.
📗 Aqidah : Modul 01
🌐 https://madeenah.bimbinganislam.com/
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•
MADEENAH...
Belajar Islam dasar, dengan pemahaman yang benar
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين الذي أنزل شريعة الإسلام هُدًى لِلنَّاسِ ورحمة لالعالمين أما بعد
Kemudian di antara macam-macam Ibadah yang disyari'atkan oleh Allah dan Rasul-Nya adalah:
⑵ Rasa cinta (المحبة)
⑶ Rasa takut (الخوف)
⑷ Rasa berharap (الرجاء)
Di antara ibadah-ibadah yang disyari'atkan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman adalah المحبة والخوف والرجاء (rasa cinta, rasa takut dan rasa berharap). Dan ini sudah kita jelaskan ketika membahas tentang rukun-rukun Ibadah atau pokok-pokok Ibadah, yaitu ada tiga.
Ibadah dibangun di atas tiga rukun; ① rasa cinta, ② rasa berharap dan ③ rasa takut,
Tiga rukun ini sudah terkumpul dalam sebuah ayat Al-Qur'an. Di antaranya firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surat Al-Isra' ayat 57.
أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ يَبۡتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ ٱلۡوَسِيلَةَ أَيُّهُمۡ أَقۡرَبُ وَيَرۡجُونَ رَحۡمَتَهُۥ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُۥٓۚ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحۡذُورٗا
"Orang-orang yang mereka seru (yang mereka berdoa kepadanya), mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka. Siapakah di antara mereka yang lebih dekat kepada Allah dan mengharapkan rahmat-Nya serta takut akan adzab-Nya. Sesungguhnya adzab Tuhanmu adalah sesuatu yang harus ditakuti."
(QS. Al-Isra': 57).
Ayat ini menunjukkan bahwa Ibadah harus dibangun di atas dasar rasa berharap dan rasa takut. Demikian pula Ibadah wajib dibangun di atas cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebagaimana firman Allh Subhanahu wa Ta'ala di dalam surat Al-Baqarah ayat 165.
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبّٗا لِّلَّهِ
"Dan orang-orang yang beriman, mereka lebih cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala."
(QS. Al-Baqarah: 165).
Oleh karenanya di dalam beribadah kepada Allah dengan ibadah apapun wajib menggabungkan tiga pokok, tiga rukun atau tiga prinsip ini, agar ibadah kita menjadi sah dan sempurna serta diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Kita beribadah dasarnya adalah rasa cinta, betul-betul cinta kepada Allah, mencintai syari'at-Nya, kita juga beribadah kepada Allah betul-betul didasari dengan rasa takut terhadap murka Allah, takut terhadap ancaman Allah dan siksaan-Nya yang sangat pedih.
Dan di waktu bersamaan kita juga beribadah kepada Allah didasari dengan rasa ar-raja' (rasa berharap) harapan yang penuh kepada Allah, mengharapkan rahmat Allah. Mengharapkan kasih sayang dan kebaikan dari Allah serta ampunan-Nya. Maghfirah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Mengharapkan Surga Allah mengharapkan wajah Allah dalam beribadah.
Inilah Ibadahnya ahli Tauhid, ibadahnya Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Jangan sampai kita beribadah hanya didasari dengan satu sisi (satu rukun) saja, beribadah hanya dilandasi dengan rasa cinta tanpa ada rasa berharap dan rasa takut kepada Allah. Maka ini Ibadah yang tidak benar, Ibadah yang cacat dan menyimpang dari petunjuk Nabi Shallallahu 'alayhi wa Sallam.
Karena orang-orang yang beribadah dan motif atau landasan dasarnya hanya rasa cinta saja maka ini seperti Ibadahnya orang-orang Sufi. Orang-orang Sufi mereka beribadah kepada Allah dengan dasar rasa cinta yang tidak takut kepada Allah, tidak takut kepada murka Allah dan tidak berharap terhadap Surga dan rahmat Allah. Ini Ibadah orang-orang Sufi.
Sedangkan orang-orang yang beribadah dengan dasar rasa takut saja, ini seperti Ibadahnya golongan bid'ah Khawarij, mereka mengenyampingkan rasa berharap dan rasa cinta. Maka ini juga Ibadah yang cacat dan menyimpang.
Kemudian orang-orang yang beribadah hanya didasari dengan faktor raja' atau rasa berharap, maka ini juga Ibadah yang menyimpang sebagaimana ibadahnya orang-orang Murji'ah. Orang-orang Murji'ah mereka beribadah dengan rasa raja' rasa berharap akan rahmat Allah dan ampunan Allah yang begitu besar. Sehingga mereka meremehkan dosa dan maksiat dan ini tidak benar!
Maka Ibadah yang benar adalah Ibadah yang telah diamalkan oleh Rasulullah dan para sahabat radhiyallahu ta'ala 'anhu 'ajmain. Ibadah yang dibangun atas dasar dan pondasi raja' (rasa takut kepada Allah) الرجاء والخوف و المحبة rasa berharap kepada Allah, rasa takut kepada Allah dan rasa cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Demikian pelajaran kita pada pertemuan kali ini, semoga bermanfaat dan menjadi ilmu yang akan menuntun kita ke jalan kebaikan dan keselamatan di dunia dan akhirat.
و سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈┈•